KOTA, Media Ponorogo – Perayaan budaya terbesar di Kabupaten Ponorogo Grebeg Suro Tahun 2023 dan Peringatan Hari Jadi Ke-527 Kabupaten Ponorogo kembali digelar.
Unjuk maha karya untuk dunia ini dimulai dengan pembukaan yang berlangsung meriah dan spektakuler, Minggu malam 9 Juli 2023 di Panggung Utama Alon-Alon.
Lantaran, selain suguhan reyog dan tampilan senj budaya dari berbagai daerah, diwarnai pula dengan pesta kembang api.
Menariknya lagi, opening ditandai dengan penabuhan kendang oleh Bupati Sugiri Sancoko dan musik Angklung oleh Wabup Lisdyarita.
Yudha Slamet Sarwo Edy, S.Sos, M.Si Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga mengatakan, Grebeg Suro merupakan pesta rakyat yang berkaitan erat dengan tradisi masyarakat Ponorogo. Yakni dalam menyongsong tahun baru islam 1 Muharram.
Grebeg Suro juga sebagai upaya meningkatkan sektor pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan berbagai event seni budaya yang berkualitas.
“Tentunya kegiatan ini sebagai upaya konkrit dalam melestarian seni budaya Kabupaten Ponorogo,” ungkapnya.
Apalagi Grebeg Suro Tahun 2022 lalu telah ditetapkan Kemenparekraf sebagai top ten Karisma Event Nusantara (KEN) nominasi terbaik nomer 2 se-Indonesia.
“Syukur alhamdulillah Reyog Ponorogo juga sudah masuk list Unesco yang akan disidangkan tahun 2024,” sebutnya.
Menurutnya, sebagai konsekwensi terinskripsi Unesco maka pada Grebeg Suro saat ini ada 4 transmisi festival reyog.
Yakni Festival Nasional Reyog Ponorogo (FNRP) bagi dewasa, Festival Reyog Remaja (FRR) untuk kalangan pelajar SMP, Festival Reyog Anak bocah SD dan Reyog Wayang Golek dogeng anak TK dan PAUD.
Ia melaporkan, FRR diikuti 19 grup dari tataran SMP. Adapun FNRP diikuti sebanyak 29 grup. Terdiri dari 12 lokal dan 17 dari luar Kabupaten Ponorogo.
Mulai Surabaya, Malang, Yogyakarta, Surakarta, Gunung Kidul, Kota Batam Palembang, Temanggung, Pacitan, Madiun, Lumajang, Muara Enim, Jember hingga DKI Jakarta. “Selain itu ada 29 agenda kegiatan perayaan Grebeg Suro,” sebutnya.
Sementara itu, Kang Bupati Sugiri Sancoko mengatakan, perayaan Grebeg Suro menjadi suguhan mahakarya budaya Ponorogo untuk dunia.
Hal ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa Reog Ponorogo memang layak menjadi warisan budaya tak benda dunia atau Incredible Cultural Heritage ( ICH) Unesco.
Sugiri mengaku, memaparkan selama hampir tiga tahun menjadi pelayan masyarakat telah berupaya melakukan berbagai program.
Utamanya menumbuhkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan derajat IPM, PAD, UMKM, hingga insfrstruktur yang baik.
Masa jabatan yang singkat kurang dari 4 tahun itu membuat Kang Bupati tidak boleh lalai dan lengah. “Maka butuh bergandeng erat, bergerak cepat, saya yakin Ponorogo akan hebat,” tegasnya.
Menurutnya, Ponorogo telah diwarisi nenek moyang berupa budaya reyog adiluhung, kota santri, dan alam yang sudah mulai dipoles satu persatu.
Reyog misalnya, selain diperjuangkan masuk Unesco juga sedang dibangun monumen di Sampung.
Lengkap dengan museum peradaban yang menceritakan rigit sejarah Ponorogo. “Ini agar anak tidak keliru edukasi. Sekaligus membobol gerbang wisata dari Sarangan dan Jawa Tengah,” sebutnya.
Sedangkan Ngebel, di bawah nahkoda Kang Bupati telah diulik dengan hadirnya water fountain yang undah memesona. “Jalannya sebentar lagi bagus,” katanya.
Lebih dari itu, pihaknya mengajak seluruh elemen membangun karakter generasi muda dengan contoh yang baik.
“Mari jual Ponorogo dengan peradaban baik, wisata bagus, dan UMKM tumbuh” pungkasnya. (adv/mas)