PONOROGO – Publik terhenyak dengan munculnya gelombang aksi mahasiswa di seantero nusantara.
Setelah sekian lama tidak terlihat, gerakan mahasiswa kembali muncul seakan bangun dari tidurnya.
Para aktivis muda ini memprotes atas berbagai isu sentra di negeri ini. Mereka menyuarakan penolakan terhadap revisi UU KPK, RUU KUHP, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), hingga dugaan kekerasan di Papua.
Tidak hanya di tingkat nasional, gelombang aksi mahasiswa ini turut menggelora di Bumi Reyog. Tercatat, dalam seminggu ini sudah ada tiga kali aksi yang dilakukan dari berbagai organisasi mahasiswa kampus di Kota Reyog.
Adanya fenomena bangkitnya kembali gerakan mahasiswa ini diapresiasi M. Arwan I’tikaf pengamat pendidikan. “Tidak sia sia mereka jadi mahasiswa,” kata M. Arwan I’tikaf, Rabu (25/9/2019).
Menurut presiden mahasiswa IAIN Ponorogo tahun 2004-2005 ini demo adalah kesakralan sebagai mahasiswa.
Sebab, menurutnya, demonstrasi menjadi bagian dari tanggung jawab mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang tidak boleh berpangku tangan dan hanya belajar di menara gading.
“Mahasiswa itu melihat dan menganalisa setting sosial dan nasional negara. Apakah yang sebaiknya dilakukan mahasiswa untuk ikut mengambil andil di ranah kebijakan per undang undangan,” ujarnya.
M. Arwan yang juga inisiator, pendiri sekaligus sekjen GEMAPO ini menyebut aksi mahasiswa sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap perundang-undangan dan kebijaksanaan negara.
“Ini menjadikan ruh mahasiswa terasa ada. Co gito er gusum ketika berfikir kamu ada,” ghiroh mereka ada,” ujarnya.
Arwan yang juga pernah aktif di BEM IAIN Ponorogo ini berharap kepedulian mahasiswa terhadap kebijakan bangsa ini menjadi dampak positif terhadap kemajuan bangsa.
“Karena ditangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda lah arah bangsa ini 30 tahun ke depan,” pungkasnya. (ist)
