PONOROGO – Festival Reyog Antar Kelas VIII menjadi goong utama puncak peringatan HUT ke-42 SMPN 1 Jetis.
Sudirman, M.Pd guru seni budaya mengatakan, festival reyog antar kelas memang sudah menjadi ikon SMPN 1 Jetis.
Setiap tahun, festival reyog antar kelas ini terus mengalami peningkatan. Utamanya kualitas penjurian maupun kepesertaan.
Untuk personil reyog, Sudirman menyebut nyaris 100 persen dimainkan oleh siswa siswi SMPN 1 Jetis. “Untuk pembarong kadang masih berkolaborasi dengan alumni,” ungkapnya.
Hebatnya, festival reyog antar kelas satu-satunya di Ponorogo dinilai oleh dua orang juri dari koreografer yang kompeten di bidangnya.
Istimewanya, dua dewanjuri atau pengamat itu adalah alumni SMPN 1 Jetis yang aktif di Grup Reyog Manggolo Mudo Yogjakarta.
Pertama, Abada mahasiswa filsafat UGM dan Titi Dwi Lestari lulusan ST Par Ambarukmo yang juga duta seni indonesia ke luar negeri.
Penyelenggaraan Festival Reyog Antar Kelas ini diapresiasi berbagai pihak. Bahkan ada yang menyebut levelnya sudah bisa disejajarkan dengan Festival Reyog Mini.
“Kami hanya bisa berupaya menyajikan yang maksimal. Kalau Masalah bobot atau kualitas kemungkinan mirip sama. Monggo diapresiasi,” tandasnya.
Sudirman berharap, lewat ajang ini bisa mumcul kader seniman reyog dari SMPN 1 Jetis. “Lebih dari itu, penanaman lebih awal tentang reyog ini semoga bisa memperkuat pemahaman reyog,” pungkasnya.
Sementara itu, Abada mengapresiasi festival reyog antar kelas SMPN 1 Jetis. “Saya sslah satu siswa yang pernah mengikuti ajang ini. Alhamdulillah semakin tahun semakin luar biasa,” ungkapnya.
Menurutnya, ajang ini perlu terus dilestarikan. “Melalui festival ini saya mendapatkan bekal dan pengalaman dalam mengembangkan reyog di Yogjakarta,” pungkas. (as)
