Home Headline Sembunyi di Blandong Semanding, Muso Gembong PKI Ditembak

Sembunyi di Blandong Semanding, Muso Gembong PKI Ditembak

0
AKSI BISU : Di Blandong atau kamar mandi milik Sidik Warga Desa Semanding, Kecamatan Kauman inilah Muso gembong PKI tertembak.
SAKSI BISU : Di Blandong atau kamar mandi milik Sidik Warga Desa Semanding, Kecamatan Kauman inilah Muso gembong PKI tertembak.

PONOROGO, (MP) – Nama Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo masuk dalam buku sejarah tentang pemberontakan G30S/PKI. Lantaran, di desa inilah Muso yang merupakan gembong PKI tertembak setelah melakukan perlawanan.

Ada salah satu saksi bisu yang masih bisa dijumpai di bumi reyog Ponorogo. Yakni berupa petilasan Blandong atau kamar mandi milik warga Desa Semanding, Kecamatan Kauman, Ponorogo. Disitu disebut sebagai tempat tertembaknya Muso gembong PKI yang sempat bersembunyi usai melakukan perlawanan.

Blandong atau kamar mandi itu memang sudah dipugar, hanya tinggal sumur yang masih tersisa. Namun, tepat di sisi timur sumur milik Sidik, warga Desa Semanding inilah Muso bersembunyi dan berhasil ditembak mati. Bahkan, bekas peluru yang saling ditembakkan oleh TNI dan Muso masih bisa terlihat. Utamanya di sejumlah pohon Kelapa dekat Blandong yang berlubang disana-sini.

“Banyak warga yang kesini ingin nyatakne (melihat) langsung dimana tempat tertembaknya Mbah Muso. Di pohon Kelapa dekat Blandong dulu banyak bolong-bolong bekas tembakan, sekarang sudah ditebang,” ungkap Sidik kepada Media Ponorogo.

Sidik sendiri mengaku, terjadinya peristiwa tertembaknya Muso itu ketika ia masih remaja. Dia tidak sedang berada di rumah dan baru bisa menerangkan kepada khalayak dari cerita bapaknya.

Ia menceritakan, bahwa Muso tertembak mati pada 31 Oktober 1948. Setelah itu, pada 1 Oktober 1948 TNI menguasai Dungus yang dijadikan PKI sebagai basis setelah kekalahan mereka di Madiun.

Menurut Sidik, pemimpin dan pasukan PKI lari ke arah selatan dan berusaha menguasai Ponorogo, namun gagal. Musso dan Amir Sjarifuddin lari menuju gunung Gambes dengan dikawal oleh dua Batalyon yang cukup kuat. Mereka berpisah di tengah perjalanan.

“Muso, dengan dua orang pengawalnya menyamar sebagai penduduk desa, tiba di Balong pada pagi tanggal 31 Oktober 1948. Di situ ia menembak mati seorang anggota Polisi yang memeriksanya,” ceritanya.

Dengan naik dokar rampasan dan diiringi pengawal bersepeda, hari itu juga ia tiba di desa Semanding, Kecamatan Somoroto. Ia menembak seorang perwira TNI yang mencegatnya, namun tidak mengenai sasaran.

Karena tidak bisa menjalankan kendaraan TNI yang dirampasnya, Musso lari masuk desa dan bersembunyi di sebuah blandong (tempat mandi) tersebut. “Pasukan TNI yang mengepungnya memerintahkan supaya ia menyerah, namun Musso melawan dan mati tertembak dalam peristiwa itu,” terangnya.

Sidik juga menceritakan, bahwa sebenarnya Muso tidak langsung tewas di Blandong miliknya. Namun, sempat digotong menggunakan ondo atau tangga. Diperjalanan, tangga itu patah dan akhirnya Muso diseret begitu saja. “Jadi Blandong ini jadi tempat sembunyi dan tempat tertembaknya Muso. Kalau matinya diperjalanan saat dibawa menggunakan ondo dan odonya sempat patah,” pungkasnya. (asr)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here