KOTA, Media Ponorogo – Momen menarik tersaji pada Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriyah.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan keluarga melaksanakan ibadah qurban dengan berkurban 11 ekor sapi.
Menariknya, 9 sapi kurban itu dibagikan ke partai politik untuk dibagikan ke konstituennya di seluruh Kabupaten Ponorogo.
Mulai PKB, Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PKS, PPP, PDI Perjuangan bahkan Nasdem.
Dari sembilan ekor sapi itu, kata Bupati, delapan sudah terkonfirmasi diterima. Rencananya, konfirmasi pengambilan bisa dilakukan hingga sore hari.
Sedangkan sisanya di Desa Bajang dan Desa Gelang Kulon Sampung tempat kelahirannya.
Bupati menyampaikan, dipilihnya parpol itu karena jelas punya konstituennya. “Apapun kami sudah melihat kalau yang punya konstituen adalah partainya,” papar Kang Bupati ketika menyerahkan sapi ke Partai Demokrat, Senin (17/6/2024).
Sugiri mengaku tidak pandang bulu. “Semua partai pasti punya konstituen ber KTP masyarakat Ponorogo. Tentu semuanya konstituen adalah keluarga saya. Sedulurku, mbahku, bulekku, koncoku, sahabatku, tidak membeda-bedakan partai untuk urusan kurban,” imbuhnya.
Menurutnya, hewan kurban tahun ini lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. “Saya pribadi dan keluarga memang agak saya tambah sedikit dibanding tahun lalu,” sebutnya.
Saat ditanya soal sumber anggaran, Bupati menyatakan setiap tahun sapi kurban tersebut merupakan pembelian dari kantong pribadi. Tidak ada anggaran dari pemerintahan.
“Kami membeli dengan dana pribadi. Tidak ada anggaran negara yang terpakai untuk ini,” jelasnya.
Bupati menyebut, hewan yang berasal darinya pribadi lebih banyak dibanding Pemkab Ponorogo. “Kalau Pemkab 6 ekor sapi dan puluhan kambing,” sebutnya.
Adapun sapi dari Pemkab dibagikan ke Muslimat, NU, Muhammadiyah, Wakil Bupati Ponorogo dan sejumlah desa.
Kang Sugiri memaparkan, ibadah qurban ini sebagai sarana untuk meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim, Ismail, istri dan keluarga besarnya.
“Mereka mampu memberi inspirasi dahsyat buat kehidupan ke depan. Tentang keikhlasan, kepatuhan, pengorbanan dan kesadaran. Butuh teladan walau kecil kita mencoba nempil, dan ngiris keteladanannya untuk diterapkan kehidupan sendiri,” pungkasnya. (mas)