KEPALA Sekolah penggerak tidak hanya dituntut piawai dalam managerial menggerakkan semua sumber daya sekolah.
Lebih dari itu kepala sekolah harus mampu menjadi sosok yang menjadi problem solver dalam berbagai dinamika bukan malah menjadi problem maker.
Hal itu ditegaskan Dr. Sasmito Pribadi, M.Pd Kepala SMAN 3 Ponorogo salah satu dari empat kepala sekolah yang lolos menjadi kasek penggerak di Kabupaten Ponorogo.
Berperan menjadi managerial dan problem solver ini pula yang mengantarkan Sasmito pria kelahiran Ponorogo 1 Januari 1973 ini terpilih menjadi kepala sekolah penggerak oleh Kemendikbud sejak 1 Januari 2023 itu.
“Alhamdulillah ini sudah tahun pertama kepala sekolah penggerak yang mekanisme seleksinya langsung dari Kemendikbud Ristek,” ungkapnya, Rabu (18/10/2023).
Bukan perkara mudah, bagi Sasmito yang merupakan jebolan S1 Unej Jurusan Pendidikan dunia usaha (PDU) ini bisa menjadi kasek penggerak.
Bahkan dari semua kasek di Kota Reog yang berlaga hanya 4 yang terjaring.
Hal ini karena harus melewati serangkaian tahapan tes yang tidak mudah. Mulai tes administrasi, pengisian esai, dan wawancara hingga micro teaching.
Di antara seleksi itu, kata Sasmito, membuat esai menjadi tes yang paling berat. Karena dibatasi sekian ratus kata.
“Kalau belum terpenuhi sekian ratus kata sesuai ketentuan maka otomatis belum bisa lanjut ke tahap selanjutnya,” ungkap lulusan pascasarjana UNS Teknologi Pendidikan itu.
Pun, esai yang dibuat merupakan sebuah report seputar sejauhmana visi misi dan juga program yang dijalankan kepala sekolah di lembaga yang dipimpinnya.
Namun, kata Doktor Sasmito, muara sekolah penggerak adalah sebagai problem solver.
“Ternyata rangkaian tahapan tes ending sekolah penggerak itu adalah problem solver atau pemberi solusi bukan malah problem maker atau pembuat masalah,” ujarnya.
Sebagai kasek penggerak Sasmito punya tugas mengadakan sosialisasi, desimininasi internal sekolah.
Termasuk pula mengimbaskan kepada sekolah lain yang belum menjadi sekolah penggerak sebagai implementasi kurikukum merdeka.
Dalam prakteknya pun, Sasmito punya banyak inovasi dan terobosan dalam memajukan Smaga.
Pria yang meraih Doktor di UIN Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung Manajemen Pendidikan Islam itu menyebut, sebagai seorang managerial ia menerapkan pola pengembangan yang terstruktur dalam tiga tahun.
Pola pertama, selain program konvensional juga mencangkan program unggulan berbasis internasional.
Berlanjut pada tahun kedua, melaunching kelas internasional. Kemudian pada tahun ketiga Smaga resmi masuk komunitas internasional. (mas)