PONOROGO – Kementerian Agama RI menobatkan MTsN 1 Ponorogo sebagai madrasah research.
Predikat ini semakin menguatkan keluarga besar MTs Negeri yang dipimpin Nuurun Nahdiyyah KY, M.Pd.I ini untuk terus berkarya di bidang penelitian khususnya karya tulis ilmiah remaja (KIR).
Hebatnya, kepercayaan Kemenag RI ini pun langsung dijawab MTsN 1 Ponorogo dengan torehan prestasi yang dipersembahkan anak didiknya di tingkat nasional.
Terbukti, siswa-siswi MTsN 1 Ponorogo berhasil meraih dua prestasi sekaligus dalam ajang LKTI Nasional NASA Fair 2021 Universitas Negeri Yogyakarta.
Prestasi pertama dipersembahkan Asyifa Sabila Rizky dan Faradiva Eka Ardhita.
Keduanya menjadi juara 3 berkat temuannya yang berjudul Uji efektifitas karbon aktif limbah tempurung kelapa dan kulit singkong sebagai adsorben air limbah dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan.
Prestasi kedua, diraih tim 3 MTsN 1 Ponorogo dengan anggota Katya Qotrinia Nursheva Putri, Rizka Amelia Putri dan Ahmad Erlintang Al Ayyubi.
Ketiganya berhasil mempersembahkan Best Paper lewat karya yang berjudul particle Board dan Silencer dari Cangkang Telur dan Bonggol Jagung dalam mewujudkan manajemen sampah rumah tangga yang kreatif dan inovatif di masa depan.
Prestasi ini disambut bangga keluarga besar MTsN 1 Ponorogo apalagi torehan ini diraih menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI.
“Dua Karya terbaik ini jadi kado bagi kami khususnya bulan Agustus menjelang proklamasi. Tentu ini mengulang kembali setelah beberapa kali memperoleh kejuraan KIR Nasional,” ungkap Nuurun Nahdiyyah.
Nuurun menjelaskan, prestasi ini diraih berkat kerja keras siswa di bawah pembinaan Muji S.Pd serta bimbingan Siti Nurwakidah, S.Pd.
Ia berharap, prestasi ini menjadi motivasi di era pandemi agar anak-anak tetap berupaya melakukan penelitian dari hal yang ada di hadapannya untuk melakukan transformasi dari apa yang ditemukan.
Karena prestasi yang diraih tersebut ternyata hanya dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar. Bahkan dari sesuatu yang sebelumnya tidak berguna.
Salah satunya ini tempurung kelapa, kulitnya bisa digunakan untuk mengurangi pencemaran air.
“Tentu baik sekali dalam rangka pembelajaran anak-anak terintegrasi dengan lingkungan,” sebutnya.
Termasuk cangkang telur bisa mewujudkan manajemen sampah yang menjadi pekerjaan rumah besar di dunia ini.
“Dua temuan ini tentu menjadi sebuah karya indah di bulan Agustus ini,” ujarnya.
Nuurun menjelaskan, KIR merupakan salah satu program ekstrakurikuler madrasahnya yang sudah lama didorong menjadi embrio peneliti belia di MTsN 1 Ponorogo.
Keberadaan KIR di MTsN 1 Ponorogo semakin kuat dengan munculnya surat keputusan Kemenag RI yang menjadikan sebagai madrasah reseacrh.
“Ini justru semakin mengokohkan kami untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas, baik prestasi maupun proses yang dilakukan anak-anak,” pungkasnya. (mas)