PONOROGO – Setelah duet perdana mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat. Terbukti ketika diunggah di youtube dilike oleh 2 juta pemirsa dan mengundang follower yang luar biasa banyak.
Kini duet maut dua maestro 2D yakni Didik Nini Thowok dan Dirman kembali bersanding dengan menampilkan pertunjukan yang spektakuler di Mall Hartoni Jogjakarta.
Didik Ninik Thowok seniman berkelas internasional itu tampil membawakan tari Jathilan bersama Sudirman yang tak lain juga dikenal sebagai seniman yang konsen menguri-uri reyog Ponorogo.
Penari legendaris Indonesia itu tampil bersama Sudirman dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Didik dan Dirman sama-sama menggunakan kostum kebaya berwarna merah muda yang dipadukan dengan jarik dan seperangkat aksesoris lainnya.
Sejak diunggah Sabtu (22/8/2020), video berdurasi 8 menit 30 detik itu sudah disaksikan ribuan kali. Ada ribuan lebih pengguna YouTube yang menekan tombol suka dan ratusan komentar ditinggalkan warganet.
Dirman mengatakan, duet 2D ini merupakan suatu kehormatan bagi kabupaten Ponorogo. Karena Didik Nini Thowok merupakan sosok maestro legendaris yang sering membawa misi budaya ke dunia internasional.
“Jadi duet 2D ini sarana tepat mengenalkan seni tradisional khususnya jatilan di kancah internasional. Karena saya yakin penampilan Didik Nini Thowok tidak luput dari dunia internasional,” ungkapnya.
Apalagi, kata Dirman, maestro Indonesia ini sudah dikenal di beberapa negara. “Ini menjadi kesempatan lebih untuk menguatkan seni tradisional jathilan bisa dibawakan oleh senima kondang Didik Nini Thowok ketika diduetkan bersama,” ungkapnya.
Menurut Sudirman, bahwa Didik Nini Thowok juga memiliki perhatian besar terhadap sejarah tari jathilan.
“Beliau berkenan melestarikan bersama-sama dan memberikan pengetahuan sejarah kepada masyarakat bahwa jatilan yang sekarang ditarikan perempuan itu dulunya dibawakan laki-laki,” sebutnya.
Pun, Dirman mengaku senang dapat kembali tampil di atas panggung setelah lama vakum karena pandemi Covid-19.
Apalagi diduetkan dengan maestro Didik Ninik Thowok yang sudah dikenal di dunia internasional.
“Tentu saya bangga karena sekaliber Didik Nini Thowok meskipun terkenal tapi perhatian terhadap jathilan,” ujarnya.
Bahkan, Didik mengaku takjub dengan gerakan jatilan yang harus disimpan dan didokumentasikan.
“Karena tidak banyak yang menguasai gerakan jatilan, kalau tidak dilestarikan bisa terlupakan mengingat perkembangan jathilan sudah luar biasa jauh banget,” sebutnya.
Oleh karenanya, ia berharap duetnya ini bisa menginspirasi generasi muda untuk mengetahui sejarah seni tradisional asli Ponorogo.
“Jangan sampai generasi muda tidak paham sejarahnya. Makanya saya juga menggelar lomba tari jathil untuk mempertahakan tradisi lama. Menjaganya agar tidak punah dan menjadi aset perbendaharaan seni tradisi rakyat yang tidak boleh terabaikan,” pungkasnya. (as)