PONOROGO – Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni bersikukuh tetap melanjutkan program sholat subuh berjama’ah di tengah wabah covid-19 atau coronavirus disease 2019.
Hal itu ditegaskan Bupati Ipong di depan awak media dalam kegiatan konferensi pers penanganan covid-19 di Kabupaten Ponorogo, Jum’at siang (27/3/2020) di Pringgitan.
Menurut Ipong, subuh berjamaah bersama bupati tetap digelar karena dinilainya sebagai ikhtiar batin dalam menghadapi virus corona.
“Salah satu butir keputusan saya dalam rangka memberatas covid-19 adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saya punya pandangan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah subuh berjama’ah di masjid,” ungkapnya.
“Karena Nabi Muhammad SAW nate dawuh sopo sing gelem subuh jama’ah di masjid maka siang dijaga dari bala dan penyakit. Selain itu disebutkan, jika di sebuah daerah ada wabah, sing loro tinggal di rumah, sing sehat makmurkan masjid. Memakmurkan itu menurut pandangan saya dengan subuh berjamaah,” tambahnya.
Oleh karenanya, Bupati dengan tegas tetap meminta kepada kepala desa melaksanakan subuh berjamaah bagi yang sehat di lingkungan masing-masing.
Ipong menyebut, subuh berjamaah bersama bupati sebelum dan setelah mewabahnya covid-19 berbeda.
“Sholat subuh yang saya lakukan beda dengan sebelumnya. Kalau sebelumnya ada semacam pengumuman dan kegiatan ikutan. Contoh, senam, dangdutan, dan sarapan bareng,” sebutnya.
“Maka subuh sejak adanya covid-19 tidak ada pengumuman. Awalnya ada sekarang tidak ada. Selain itu, subuh jamaah dilaksanakan di masjid pedalaman bukan pinggir jalan,” jelasnya.
“Bedanya lagi tidak ada dangdutan, senam, sarapan maupun salaman. Jadi hanya betul-betul sholat yang di dalamnya mengumandangkan qunut nazilah dan doa yang lain,” ungkapnya.
Sehingga, Bupati menilai subuh jamaah ini sebagai ikhtiar. “Jadi subuh jamaah bagian ikhtiar bukan bagian masalah. Yakni Ikhtiar mendekatkan diri kepada Allah. Ada ikhtiar lahir dan batin,” sebutnya.
Lebih dari itu, subuh jamaah ini digunakan bupati sebagai upaya menenangkan masyarakat di tengah korona.
“Tujuan subuh jamaah sekaligus saya sebagai bupati pimpinan di Ponorogo untuk menenangkan masyarakat. Karena saya hadir dan memberikan pengetahuan atau eduaksi tentang covid 19,” sebutnya.
Pun, subuh jamaah disambung gowes itu digunakan Ipong sebagai upaya memberikan pesan. “Setelah itu saya olahraga sepedahan dengan jumlah tidak banyak dan menjaga jarak. Keliling kampung menyampaikan pesan kepada masyarakat menghadapi korona jangan panik tetap tenang dan waspada dengan mengikuti petunjuk bidang kesehatan,” jelasnya.
Menenangkan masyarakat, kata Ipong adalah tugasnya sebagai bupati. “Kalau masyarakat tenang itu sudah bagian dari obat,” tandasnya.
Bupati menegaskan, penting menyampaikan hal ini karena mengetahui ada diskusi hebat di publik tentang subuh berjamaah di tengah korona.
“Namun yang setuju dan tidak setuju itu imbang masuk di wa saya,” sebutnya.
Biasanya, kata Bupati, dari kalangan dokter atau medis yang tidak setuju. “Namun saya mengatakan Ponorogo itu beda dengan Jakarta, Solo, dan kota besar yang lain. Di mana kota-kota besar itu tingkat mobilitasnya sangat heterogen berbagai orang masuk. Kalau Ponorogo relatif homogin dan relatif daerah tertutup. Jumlah orang asing kecil, dan orang luar tidak banyak. Apalagi dibatasi seperti itu. Dengan adanya pemeriksaan suhu orang yang mau ke Ponorogo jadi males,” pungkasnya. (as)