PONOROGO, (MP) – Menanggapi isu kelangkaan LPG (elpiji) 3 Kg di wilayah Kabupaten Ponorogo, Pertamina bergerak cepat melakukan antisipasi baik melalui ekstra dropping dan pasar murah.
Sales Executive LPG Pertamina Karesidenan Madiun Muhammad Wisnu Cakrawiguna, Senin (11/6/2018) mengatakan, Pertamina telah melakukan penambahan suplai.
Penambahan elpiji sebanyak 11 persen selama bulan Ramadhan dan Lebaran 2018 di Kab. Ponorogo. Selain itu pasar murah digelar selama 3 hari Jumat, Sabtu, Minggu (8, 9, dan 10 Juni 2018). Lokasinya PT. Trembezi Putra Perkasa di Pasar Danyang, PT. Setya Buana Konstruksi di Gor Singodimedjo, PT. Hamdani Gas Sejahtera di Pasar Balong, Pasar Jetis, dan Alun – Alun Kota.
Dijelaskan Wisnu, pada bulan Mei juga telah ditambahkan suplai ekstra dropping (tambahan 6 persen) per harinya sebagai antisipasi menjelang Ramadhan dan Pertengahan bulan Ramadhan. Realisasi konsumsi LPG 3 Kg di Ponorogo dalam kondisi normal adalah 57 MT/hari.
Pada tanggal 1 juga diberikan ekstra dropping sebanyak 7.920 tabung atau 23,76 MT. Tanggal 5 Juni sebanyak 9.520 tabung atau 28,56 MT. Tanggal 6 Juni sebanyak 18.480 tabung atau 55,44 MT. Serta menjelang lebaran dan sesudah lebaran sebanyak 39.200 tabung atau 117,60 MT.
“Ini semua di luar alokasi reguler Ponorogo yang berjalan setiap harinya. Dan kami juga telah menyiapkan sebanyak 14 Agen Siaga dan 309 Pangkalan Siaga yang tersebar di Kabupaten Ponorogo,” terangnya.
Pada tanggal 8 sampai 10 Juni 2018 juga telah dilakukan pasar murah serentak di 5 kecamatan di wilayah Ponorogo.
“Tidak ada indikasi kelangkaan di wilayah Ponorogo, Stok di Pangkalan serta Toko atau Warung pun ada juga,” tegasnya.
Adapun antrian Pasar Murah yang terjadi di Kabupaten Ponorogo pada tanggal 10 Juni 2018 di Pasar Jetis bukan karena barang tidak ada. Itu karena harga di pasar murah jauh lebih murah dibandingkan di Toko atau Warung. Di Pasar Murah harga hanya Rp 16.000 sedangkan di Toko Rp 20.000 – Rp 25.000.
“Kami melakukan Pasar Murah untuk terus menekan harga yang melonjak tinggi. Jadi jangan dimaknai bahwa antrian di Pasar Murah berarti barang tidak ada di Toko atau Warung,” jelasnya.
“Antrian tersebut terjadi karena perbedaan yang cukup besar antara harga Pasar Murah dan toko atau warung. Saya yakin perbedaan harga tersebut cukup berarti bagi masyarakat menengah kebawah. Jadi mereka tetap antusias dengan Pasar Murah tersebut,” jlentrehnya.
Dengan adanya langkah antisipasi itu, kelangkaan LPG tidak seharusnya terjadi di Kabupaten Ponorogo. Ia menduga memang terjadi kenaikan permintaan karena menjelang lebaran. Sehingga dampaknya 7 hari terakhir ini. Laporan kekosongan ada di tingkat pengecer atau warung diduga terdapat oknum yang mencari keuntungan sesaat (spekulan).
“Dengan adanya kelangkaan, ada indikasi berat, oknum yang bermain baik untuk penimbunan atau permainan harga. Indikasinya melakukan pembelian secara massive ditingkat pangkalan dan pengecer (ex pangkalan),”ungkapnya. (sr)