PONOROGO, (MP) – Petani jaman now punya kreatifitas yang tinggi untuk meningkatkan perekonomian di bidang pertanian.
Salah satunya ditunjukkan oleh Muh. Sholih Hafifullah, warga Jalan Al Basyariyah Dukuh Lor Kali RT 03 Rw 02 Desa Lengkong, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.
Berkat keuletan, kreatifitas dan inovasinya di bidang pertanian, Sholih sapaan akrabnya terpilih mewakili Kabupaten Ponorogo untuk maju dalam Lomba Petani Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2018.
Bahkan, Tim Penilai Petani Berprestasi Pada Lomba di Tingkat Provinsi Jawa Timur, Minggu (29/4/2018) lalu melakukan visitasi atau mengecek langsung berbagai inovasi di rumah Muh Sholih Hafifullah yang juga bendahara Kelompok Tani Sri Mukti ini.
Hadir dalam penilaian itu, Sekcam Sukorejo Sunaryo, Danramil Sukorejo Kapt Inf Boaz Nur Sasongko, Kepala Desa Lengkong Mariyono, anggota dan pengurus Gapoktan Jaya Makmur Desa Lengkong, pengurus kelompok tani Sri Mukti dan para petani muda.
Kepada Media Ponorogo, Sholih menunjukkan berbagai upaya yang dilakukannya di bidang pertanian.
Salah satunya pembibitan padi organik non pupuk kimia dan non pestisida sistem dry atau kering.
Dengan sistem kering ini, menjadi solusi dari semakin minimnya tenaga petani yang semakin tahun semakin berkurang. Sebab, pembibitan bisa dilakukan oleh siapapun. “Kaum hawa pun bisa membuatnya. Apalagi bisa dibuat di halaman rumah,” ungkapnya.
Pembenihan pun tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. “Pembenihan sistem kering tidak perlu sistem ndaut. Jadi tidak sulit tenaga kerja,” sebutnya.
Bahkan untuk 1 hektar sawah, Sholih memastikan hanya membutuhkan satu petani.
Benih hasil sistem kering ini pun memiliki keunggulan. “Lebih sehat, bebas hama, lebih cepat hidup dan lebih aman dibanding sistem basah atau cabut,” sebutnya.
Sholih yang sudah lima tahun menekuni pembibitan sistem kering ini sudah bisa melayani pemesanan.
Wilayahnya pun luas. Tidaknya hanya dipesan petani di Kabupaten Ponorogo namun sudah sampai Karesidenan Madiun.
“Tidak sulit cuma butuh kemauan. Saya anggap ini adalah peluang meningkatkan penghasilan. Alhamdulillah sekarang pembibitan ini sudah terbesar di Ponorogo,” sebutnya.
Inovasi kedua, Sholih meningkatkan hasil pertanian berkolaborasi dengan peternakan. Lewat sejumlah sapi yang dimilikinya, pria yang murah senyum ini menyulap kotoran sapi menjadi pupuk.
Oleh Sholih, urin sapi diproses menjadi pupuk cair. Sedangkan kotoran sapi diubah menjadi biogas dan selanjutnya menjadi pupuk kandang atau pupuk organik padat. “Istilahnya saya mengolah limbah menjadi berkah,” sebutnya.
Sholih mengaku pihaknya terinspirasi dari filsafat yang ditanamkan nenek moyangnya. “Saya ingat pesan orang tua jaman dulu. Jika ingin kaya perihalah raja kaya. Saya penasaran kemudian saya coba ternyata benar,” ungkapnya.
Kolaborasi pertanian dan peternakan ini nyatanya bisa efektif meningkatkan perekonomian dan produktifitas pertanian.
Sebab, hasil pertanian ini bisa digunakan untuk pakan ternak. Sebaliknya, kotoran yang dihasilkan hewan ternak bisa digunakan untuk pupuk tanaman.
“Jadi ini seperti roda. Dari pertanian kembali ke pertanian. Dari padi kembali ke padi. Dari sawah kembali ke sawah,” sebutnya.
Pun, adanya pupuk kandang ini bisa menjadi solusi ketika muncul kelangkaan pupuk yang kerap terjadi.
“Lahan 1 hektare misalnya dengan memiliki 3 ekor sapi sudah bisa mencukup pupuk organik. Jadi tidak pusing jika pupuk kimia langka,” tegasnya.
Sholih berharap, dengan inovasi yang dilakukannya bisa menjadi solusi di bidang pertanian.
Pun, apa yang dilakukannya bisa membawa harum Ponorogo di tingkat provinsi. “Semoga bisa juara 1 tingkat Jawa Timur,” pungkasnya. (agus)