mediaponorogo.com Pandemi COVID-19 telah membuka perspektif dan jalan baru untuk belajar. Ketika sekolah yang semula menyelenggarakan proses belajar mengajar tatap muka beralih menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksana secara efisien dan efektif. Memang tidak mudah untuk mengimplementasikan sesuatu yang baru karena membutuhkan kemampuan beradaptasi yang tinggi. Demikian pula pemanfaatan lingkungan belajar yang dipilih oleh guru harus mendukung efektifitas pembelajaran. Ketepatan dalam pemilihan lingkungan belajar membuat kegiatan belajar menjadi menarik untuk memotivasi kegiatan belajar peserta didik. Keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan pembelajaran. Namun dengan adanya pandemic, guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan keaktifan belajar peserta didik. System pembelajaran online atau daring membuat peserta didik bebas dan merasa tidak terkontrol dalam pembelajaran sehingga mereka cenderung asyik dengan dunia sendiri dan pasif dalam pembelajaran.
Rendahnya motivasi belajar peserta didik juga disebabkan karena penyajian materi yang kurang variatif terutama dalam pemilihan dan penggunaan media saat pembelajaran daring. Berdasarkan analisis permasalahan tersebut diatas maka perlu solusi dan inovasi untuk meningkatkan kemandirian dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran tatap muka terbatas yang telah mulai diberlakukan. Memaksimalkan LMS sebagai media yang tepat untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar peserta didik. Memaksimalkan fungsi LMS sebagai bank materi, soal dan LKPD dalam proses pembelajaran. LMS sebagai media pemberlajaran daring, mampu memberikan pengalaman belajar aktif yang perpusat pada peserta didik, membantu peserta didik menemukan ide-idenya melalui forum diskusi, dan memotivasi belajar peserta didik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
Kemandirian belajar dapat dibedakan secara jelas dengan konsep kemandirian dan pemahaman pembelajaran. Peserta didik dalam belajar kemandirian merupakan cerminan dari sikap kreatif, kebebasan bertindak dan tanggung jawab ditandai dengan pembelajaran proaktif dan keinginan untuk memperoleh pengalaman baru. Belajar mandiri ditandai dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, tidak lari atau menghindari masalah serta mampu memikirkan penyelesaian masalah.
Belajar diikuti dengan kemauan untuk mandiri mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab penuh atas kegiatan belajarnya serta memiliki kemauan yang kuat dan disiplin yang tinggi, sehingga prestasi belajar dapat tercapai secara optimal. Dalam kondisi ini optimalisasi fungsi LMS sekolah bisa menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan kemandirian belajar. Indikator kemandirian belajar adalah percaya diri, Kegiatan belajar diarahkan sendiri, mereka masuk akal Bertanggung jawab, mandiri, nyaman dengan problem oriented pembelajaran. Belajar mandiri merupakan kegiatan yang meningkatkan kesadaran peserta didik mau belajar tanpa dipaksa oleh lingkungan tanggung jawab sebagai pembelajar dalam menghadapi kesulitan belajar.
Learning Managemen System (LMS) juga dikenal sebagai platform manajemen pembelajaran, adalah perangkat lunak berbasis web untuk mengelola, mendokumentasikan, melacak, melaporkan, mengelola, dan mendistribusikan konten pendidikan, program pelatihan, panduan teknis, video instruksional, atau materi perpustakaan digital.
Pada dasarnya penggunaan LMS bukan hal yang baru. Banyak lembaga pendidikan yang menggunakan LMS. Namun kebanyakan setelah pandemi dinyatakan membaik dan kebijakan pertemuan tatap muka terbatas disekolah diberlakukan maka LMS hanya tinggal menjadi sebuah aplikasi semata. LMS seharusnya menjadi aplikasi yang berumur panjang untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik khususnya tingkat SMK sederajat. Pada tahap ini peserta didik telah dianggap cukup dewasa untuk belajar secara mandiri.
Oleh karena itu kemandirian belajar merupakan sebuah inovasi yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perubahan pembelajaran, dimana pembelajaran tidak lagi hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru, tetapi peserta didik juga melakukan aktivitas lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran tidak hanya berhenti ketika kelas berakhir namun dengan LMS pembelajaran akan terus berlangsung selama peserta didik memiliki kedewasaan dan kemandirian dalam belajar.
Anang Wijatmiko, S.Kom
Guru Rekayasa Perangkat Lunak SMKN 1 Ponorogo