KOTA, Media Ponorogo – Dewan Kesenian (DK) Kabupaten Ponorogo turut menyayangkan terhadap polemik yang menyebut monumen reyog sebagai berhala.
Wisnu Hadi Prayitno, Ketua DK Ponorogo yang baru saja dilantik bahkan, menegaskan bahwa label berhala tersebut sangat mengkhawatirkan bagi kekayaan budaya adiluhung yang hanya dimiliki Ponorogo itu.
“Kami memiliki warisan budaya yang tak ternilai di dunia, dan reyog adalah identitas Ponorogo yang tak diragukan lagi. Sangatlah absurd jika ada yang menyebutnya dengan berhala,” ungkap Wisnu HP sapaan akrabnya dengan tegas, Selasa (28/5/2024).
Untuk mengantisipasi pemahaman yang dangkal tersebut, DK Ponorogo akan memprioritaskan pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Setiap pandangan yang kita miliki akan mempengaruhi cara kita melihat suatu hal. Jika kita sudah memiliki prasangka tertentu, maka kita akan cenderung melihat sesuatu sesuai dengan prasangka tersebut,” jelasnya.
Wisnu dengan tegas menolak monumen reyog adalah berhala dari sudut pandang apapun.
“Monumen reyog yang sedang dibangun di Sampung jauh sekali dari makna berhala,” ujarnya.
DK Ponorogo sepakat bahwa individu yang menganggap monumen reyog sebagai berhala perlu mendapatkan pendidikan yang benar.
“Orang-orang yang memiliki pandangan seperti itu perlu untuk diedukasi,” tegas Wisnu.
Lebih lanjut, Wisnu menjelaskan bahwa monumen reyog bukan hanya sekadar bangunan fisik.
Tetapi juga menjadi tempat di mana seluruh informasi tentang Ponorogo, baik kebudayaan maupun sejarah, dapat diakses.
“Bayangkan, jika tiba-tiba di masa kini ada orang yang menyebut monumen reyog sebagai berhala, lalu apa yang akan kita ceritakan kepada generasi mendatang?” ujarnya dengan rasa kesedihan.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pembenahan SDM menjadi prioritas utama bagi pengurus baru DK Ponorogo.
“Kami ingin memastikan bahwa pemahaman terhadap budaya dan seni tidak hanya sekadar permukaan, itulah mengapa fokus utama kami saat ini adalah memperkuat Sumber Daya Manusia,” tutupnya. (mas)