Home Birokrasi Kang Bupati & Bunda Rita Salat Ied di Masjid Agung RMAA Tjokronegoro

Kang Bupati & Bunda Rita Salat Ied di Masjid Agung RMAA Tjokronegoro

0

KOTA, Media Ponorogo – Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan Wakil Bupati Ponorogo Lisdyarita beserta keluarga dan jajaran laksanakan shalat Idul Fitri 1444 H/2023 M di Masjid Agung RMAA Jokronegoro Jalan KH. Hasyim Asy’ari Kelurahan Kauman Ponorogo, Sabtu (22/4/2023).

Selaku imam kyai Muh Gufron Alkafid dan Khotib Dr. H. Muh Huda.,M.Ag Takmir masjid agung RMAA Tjokronegoro, dengan tema “Lebaran dan Tradisi Mudik dari Mudik Kecil Menuju Mudik Besar”.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati Ponorogo H. Sugiri Sancoko.,SE., MM, Wakil Bupati Ponorogo Hj. Lisdyarita.,SH, Dandim 0802/ Ponorogo Letkol Inf Hirta Juni Andriansyah., S.Sos., M. Han, Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo, S.I.K., M.H., Sunarto S.Pd Ketua DPRD Kabupaten Ponorogo Sekda Kab. Ponorogo DR. Drs. Agus Pramono, M.M., seluruh Kadin dan SKPD Pemda Kab. Ponorogo, Dr. KH. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag. Ketua MUI Kabupaten Ponorogo dan Warga jamaah Masjid RMAA Tjokronegoro dan sekitarnya.

Khutbah sholat Idul Fitri 1444 H tahun 2023 yang disampaikan oleh Khotib Dr. H. Muh Huda., M.Ag Takmir masjid agung RMAA Tjokronegoro mengatakan, dalam catatan sejarah, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri adalah pada tahun ke-2 Hijriah.

 

Saat itu kaum Muslimin mendapatkan kemenangan besar dalam perang Badar. Perayaan kemenangan yang diraih umat Islam pada waktu itu, secara tidak langsung merayakan dua kemenangan yakni kemenangan atas telah paripurnanya menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dan kemenangan dalam perang badar.

Dalam tradisi bangsa Indonesia, Hari Raya Idul Fitri terkenal dengan nama Lebaran. Para ahli bahasa menyebut bahwa kata Lebaran salah satunya berasal dari bahasa Jawa yakni ‘lebar’ yang memiliki arti ‘selesai’.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Lebaran dimaknai sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.

“Makna ini selaras, bahwa pada hari Lebaran kita sudah selesai menjalankan kewajiban berpuasa dan mewujudkannya dalam bentuk perayaan kebahagiaan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT.

Pada hari ini kita berbahagia bersama dan saling menyampaikan doa dengan berbagai bentuk ucapan seperti: ‘Taqabbalallahu minnaa wa minkum’ yang artinya “Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kita”.

Dan juga doa “wa ja’alana allaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin’ yang artinya ‘Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung,” paparnya.

Sebuah doa yang berisi harapan mendalam agar setelah melaksanakan rangkaian ibadah di bulan Ramadan kita akan benar-benar kembali suci dan beruntung mencapai kemenangan dengan predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Pun, kebahagiaan yang kita rasakan ini tentu tidak dirayakan sendiri. Kebahagiaan akan terasa lebih nikmat jika dirayakan dengan berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai. Hal inilah yang melahirkan sebuah tradisi sosial keagamaan di negara kita yakni Mudik.

Sebuah tradisi berisikan kerinduan di tanah asal untuk pulang melihat kembali tanah kelahiran. Sebuah tradisi luhur untuk kembali lagi berkumpul dengan keluarga, mengingat kembali masa kecil sekaligus bersimpuh sungkem dalam pelukan kedua orang tua. Mudik juga tidak hanya memiliki dimensi makna sekedar pulang kampung saja. Di dalamnya terkandung dimensi spiritual yang nilainya tidak bisa diukur dengan materi.

Walaupun berjarak jauh, membutuhkan waktu, tenaga, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk mudik, tidak bisa menghalangi rasa kangen yang muncul pada tanah kelahiran.

Menurutnya, jika direnungkan lebih mendalam, hakikat mudik adalah kembali ke pangkuan orang tua.

Sosok paling berjasa yang telah melahirkan kita ke dunia ini, sosok yang telah menjadi pahlawan kesuksesan dalam dinamika kehidupan kita.

“Janganlah sombong dengan keberhasilan dan apapun yang telah kita raih dalam kehidupan ini. Semua itu tidak akan bisa lepas dari jasa dan doa kedua orang kita,” ujarnya.

Oleh karena itu, bagaimanapun kondisi orang tua kita, mereka adalah sosok yang harus kita cintai, hormati, dan patuhi. Mereka adalah jimat kita yang sakral di dunia ini.
“Keridhaan dan keikhlasan orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kehidupan kita di dunia. Sebaliknya murka mereka adalah merupakan sebuah kemurkaan dan bencana dalam kehidupan kita,” jelasnya.
Ditambahkan, Lebaran kali ini bisa menjadi momentum tepat untuk bersimpuh kepada kedua orang tua kita atas segala khilaf dan kesalahan yang selama ini telah diperbuat kepada mereka. Mari kita tancapkan dalam hati kita untuk jangan lagi menyakiti hati dan fisik mereka.
“Kita perlu sadar bahwa jasa dan perjuangan mereka tidak akan bisa kita balas dan bayar lunas. Sebanyak apapun yang pernah kita berikan, apa pun yang pernah kita serahkan kepada orang tua kita, tidak sepadan dengan perjuangan dan pengorbanan mereka membesarkan kita. “Ya Allah, ya Tuhan kami. Anugerahkanlah kasih sayang-Mu pada kedua orang tua kami. Karuniakanlah keberkahan, kesehatan, dan umur panjang kepadanya. Kuatkanlah iman dan Islam mereka serta kekuatan untuk terus membimbing kami. Maafkanlah atas segala kesalahan yang telah kami perbuat kepada mereka. Jadikanlah mereka nantinya ahli surga bersama orang-orang yang Engkau cintai,” tambahnya.
Dalam momentum lebaran kali ini mari kita raih kedua tangan orang tua kita. Peluk tubuh mereka mintalah keridhaan dan keikhlasan dari mereka berdua untuk bekal hidup kita.
Bagi kita yang orang tuanya sudah dipanggil Allah SWT, mari kita ziarahi makam mereka. Kunjungi dan bersihkan pusaranya. Kita perlu sadari, bahwa mereka di sana menunggu panjatan doa dari kita. Mereka pasti akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita panjatkan. Dan sebaliknya, mereka pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak mendoakannya karena hanya itulah yang mereka harapkan di alam sana.
Selain kepada orang tua, mari juga saling memaafkan dosa dan kesalahan dengan orang-orang yang ada dalam kehidupan kita. Tidak ada manusia yang sempurna. Semua pasti memiliki dosa dan kesalahan kepada sesama.
“Lebaran menjadi salah satu momentum tepat untuk saling memaafkan. Semoga semua dosa kita kepada Allah, orang tua dan kepada sesama akan diampuni sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan. Amin,” pungkasnya. (mny)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here