PONOROGO, Media Ponorogo – Suasana Sabtu pagi (18/3/2023) di SMAN 2 Ponorogo terasa cerah dan beda. Sekolah yang terletak di Jalan Pacar No 24 Tonatan itu bernuansa islami layaknya pondok pesantren.
Sayup-sayup lantunan ayat suci Al Qur’an terdengar merdu. Sejumlah pelajar berpakaian islami menambah kental sisi religius SMA Negeri yang dipimpin Mursid, M.Pd itu.
Pantas saja, karena pagi itu SMAN 2 Ponorogo sedang menghelat kegiatan kompetisi bidang religi bertajug Smada Islamic Festival 2023.
Secara simbolis kegiatan dibuka oleh kepala sekolah ditandai dengan menabuh bedug dan kentongan.
Ketua Panitia Moh Inzimam Bilhaque melaporkan, ada 4 bidang lomba dalam SIF bertemakan Membangkitkan Semangat Meraih Prestasi dengan Cahaya Islam Era Milenial ini.
Yakni, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Da’i Da’iyah dan Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ). Ketiga lomba ini khusus bagi pelajar tingkat SMP/MTs Se Karesidenan Madiun.
Tak kalah menarik, SIF 2023 menghadirkan Lomba Banjari bagi masyarakat umum se Jawa Timur.
Setiap grup membawakan satu lagu bebas dan jingle yang bertemakan Smada Islamic Festival.
“Kegiatan ini dihelat dalam rangka menggali potensi bakat minat bidang rohani islam,” ungkapnya.
Mursid, M.Pd Kepala SMAN 2 Ponorogo menerangkan, kegiatan Smada Islamic Festival merupakan salah satu dari lima event besar sekolahnya.
Di antaranya, Smada Music Festival, Soscientra, Smada Futsal Championship, Smada Scout Competition.
Menurutnya, Smada Islamic Festival ini digelar dalam membentengi remaja dari derasnya transportasi dan tekhnologi canggih.
“Tekhnologi dan budaya luar yang masuk itu sebuah keniscayaan. Tapi kita harus bisa menanggulanginya. Salah satunya dengan Smada Islamic Festival,” tegasnya.
Mursid menegaskan, benteng karakter agama ini penting dibangun bagi pelajar sebagai generasi calon penerus pemimpin masa depan.
Kalau tidak dibentengi sesuatu yang baik, lanjut Mursid, maka pemuda Indonesia nanti mengalami kemunduran yang luar biasa. “Remaja tulang punggung Indonesia. Maka harus dibentengi dengan hal positif,” tegasnya.
Dijelaskannya, perkembangan tekhnologi memang luar biasa. Adanya tekhnologi bermanfaat ketika masa pandemi dengan pembelajaran daring.
Namun, tekhnologi juga memberi dampak negatif yang luar biasa. Apalagi ketika siswa menjelajah dunia lewat handphone padahal belum saatnya.
“SMAN 2 Ponorogo punya komitmen tinggi dalam berupaya ikut membentengj remaja dari godaan tekhnologi dan budaya yang tidak semestinya,” tandasnya.
Di sisi lain, adanya SIF bisa menggali potensi siswa di bidang keagamaan. Termasuk mewadahi peserta didik yang bertalenya punya ketrampilan. “Sekaligus mencari bibit unggul dalam keagamaan,” sebutnya.
Begitu pentingnya acara ini, ia berharap agenda tahunan itu kedepan dapat digelar lagi dengan penuh semarak.
“Semoga tahun depan lebih semarak tidak hanya se karesidenan namun bisa merambah se Jawa Timur,” pungkasnya. (mas)