PONOROGO – Tim Arsitek asal Bali menjadi pemenang sayembara gagasan desain Monumen Reog dan Museum Peradaban Kabupaten Ponorogo.
Desain yang diberi judul “Taman Ragam Selaras” ditetapkan sebagai juara 1 desain monumen yang bakal dibangun di kawasan Gunung Kapur Kecamatan Sampung itu.
Setelah diumumkan secara terbuka di Ruang Pusdalops Ponorogo, Sabtu (24/9/2022), karya peserta asal Bali ini menungguli 61 peserta lainnya.
Mereka berhak mendapatkan hadiah Rp100.000.000 yang diserahkan secara simbolis oleh Kang Bupati Sugiri Sancoko.
Adapun untuk peringkat 2 diraih desain Palataran Reog dan berhak mendapatkan hadiah Rp 40 Juta.
Sedangkan peringkat ketiga didapat desain Reog Agung dan mendapatkan hadiah Rp 25 Juta.
Kemudian juara harapan didapat Bawono Angreog dan Singo Mandalika yang masing-masing mendapatkan Rp 5 Juta.
Bramana Ajasmara perwakilan tim pemenang menyampaikan dengan mengeksplorasi banyak aspek ia berharap desain ‘Taman Ragam Selaras” benar-benar menjadi landmark atau penanda dan benchmarking wadah kebudayaan Ponorogo.
Untuk itu, dalam desain yang dibuat, ia ingin menghadirkan Monumen Reog Ponorogo yang “hidup”.
“Kita ingin menonjolkan bagaimana Reog bergerak, kita tidak ingin landmark terkesan statis, monoton, namun berkesan dinamis. Makanya desain kita ada lengkungnya tapi secara struktur tetap kuat,” ujar Ajas.
Terkait dengan benchmarking ia menjabarkannya dari nama desain “Taman Ragam Selaras”.
Dengan desain yang dihasilkan ia ingin menghadirkan monumen, museum, dan wilayah sekitar menjadi satu kesatuan “taman” yang saling terhubung dan menguatkan.
Taman ini menjadi wadah “ragam” kegiatan, kesenian, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Tidak kalah penting Monumen Reog dan Museum Peradaban dibangun “selaras” dengan alam, selaras dengan masyarakat, selaras dengan zaman, dan selaras dengan perkembangan lainnya.
“Taman itu bisa diartikan sebagai tempat yang dominan lebih banyak ruang luarnya, kita menjalin ruang luar dan dalam, sehingga menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan,” terang Ajas.
Kang Bupati Sugiri mengakui dari sekian desain yang ikut sayembara semuanya bagus.
Aspek struktur, keindahan, filosofi, budaya, dan lainnya disajikan secara matang. Namun dalam menentukan pemenang, tim juri menyesuaikan dengan banyak hal mulai dari kesesuaian dengan lokasi pembangunan dan biaya yang direncanakan oleh Pemkab.
“Sudah ketemu pemenang, semua bagus tidak Ada yang jelek, filosofi matang, arsitek bagus, cara mengambil angle-nya bagus. Hanya yang kebetulan yang sesuai dengan aplikasi yang ada. Mulai dari biaya yang kita rencanakan, kesesuain dengan alam, blanded dengan gunung gampingnya,” papar Kang Bupati Sugiri.
Ketua dewan juri Hari Sunarko menyampaikan penilaian dilakukan oleh 5 juri.
Mulai dirinya sendiri dan Eko Prawoto dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Timur, Rido Kurnianto (budayawan Reog Ponorogo), Budi Suswanto (akademisi), serta juri kehormatan Kang Bupati Sugiri Sancoko.
Dalam proses yang dilakukan dalam beberapa tahap banyak hal yang menjadi pertimbangan, mulai dari kaidah struktur, arsitek, budaya, sejarah, landskape, dan sebagainya.
“Ada beberapa tahapan pertama kita cek satu satu kira layak atau tidak, kita saring kedua kita pilih yang memenuhi syarat kaidah struktur, budaya, arsitektur lanskap, dan monumen. Baru kita tentukan yang paling tajam berpikir tentang budaya, sejarah reog, lanskap kita pilih 5 ini,” terang Hari.
“Juga saat dibangun sesuai dengan anggaran, dan monumennya orang tidak perlu bertanya itu monumen apa. Artinya orang yang melihat langsung tahu bahwa itu Monumen Reog,” pungkasnya. (mas)