Home Headline Fatayat NU Ponorogo Wisata Haji Umrah di Fatimah Zahra, Serasa di Makkah-Madinah

Fatayat NU Ponorogo Wisata Haji Umrah di Fatimah Zahra, Serasa di Makkah-Madinah

0

PONOROGO – Fatayat NU Ponorogo menggelar rihlah wisata religi di Kota Semarang Jawa Tengah, Minggu (12/1/2020). Dipilihnya Kota Atlas ini karena terdapat Firdaus Fatimah Zahra.

Destinasi wisata Firdaus Fatimah Zahra ini menjadi tujuan utama karena fasilitasnya mirip dan lengkap layaknya di Mekah dan Madinah.

Sehingga menjadi tempat yang tepat untuk melakukan manasik haji dan umroh layaknya di tanah suci.

Dipimpin Ketua Fatayat periode 2014-2019 Siti Raudhatun Nikmah, M.Pd.I rombongan Fatayat NU yang berjumlah 52 orang merasakan takjub begitu menginjakkan kaki di Firdaus Fatimah Zahrah.

Perempuan Muda NU Kota Reyog ini benar-benar serasa di Arab Saudi ketika memasuki kompleks seluas 3 hektar yang berlokasi di Jalan Muntal, Mangunsari, Gn. Pati, Kota Semarang tersebut.

Dari depan berdiri megah gapura Firdaus Fatimah Zahra. Setiap pengunjung dikondisikan seolah-olah datang untuk haji dan umroh beneran.

Setelah parkir, lalu turun kendaraan di Replika Bandara “Bandara King Abdul Aziz”. Kemudian masuk “pintu imigrasi” dengan menyerahkan tiket masuk yang berfungsi sebagai paspor.

Uniknya, tiket berbentuk seperti paspor dan isinya adalah nama dan foto di halaman pertama kemudian halaman berikutnya petunjuk berwisata di sana.

Setelah lolos masuk bandara lalu transit dengan duduk di kursi bandara menunggu jemputan. Ruang bandara buatan itu juga mirip dengan aslinya.

Dari situ rombongan Fatayat NU Ponorogo menuju pintu masuk Masjidil Haram. Rombongan serentak membaca doa masuk masjidil haram dan membaca doa melihat kabah.

Di dalamnya, para perempuan millenial NU ini melihat bangunan replika ka’bah yang besarnya persis aslinya. Suasananya mirip. Lengkap dengan pintu ka’bah, hajar aswad, rukun yamani, hijir ismail, maqom ibrahim dll.

Jama’ah Fatayat NU yang sebelumnya sudah mengambil miqat di Masjid Agung Semarang yang seolah-olah di Bir Ali ini langsung latihan towaf serasa di Masjidil Haram.

Setelah itu, melakukan Sa’i di tempat yang dibangun disebelahnya dari replika bukit Sofa dan Marwa yang panjangnya 50 meteran.

Jamaah diajak pula ke replika tempat suci Padang Arafah, replika Mina, Muzdalifah (tempat jemaah mabit/bermalam), Jabal Rahmah, dan Jamarat (tempat lempar jumroh).

Rombongan juga diberi kesempatan masuk di replika masjid Nabawi. Masuk ke dalamnya sudah serasa ziarah ke makam nabi. Bentuk dan warna catnyapun sama. Ada juga raudhah tempat yang mustajabah.

Nikmah mengakui sengaja mengajak Fatayat NU Ponorogo untuk manasik di tempat ini karena fasilitasnya mirip dan lengkap.

“Sengaja kami ajak rekan-rekan Fatayat di Fatimah Zahra karena ingin mempraktikan langsung manasik haji di tempat yang benar-benar mirip. Replikanya persis dengan ukuran yang hampir sama dengan tempat-tempat suci aslinya,” ungkapnya.

Menurutnya, manasik di tempat yang benar-benar mirip di tanah suci ini dinilai penting dalam membekali Fatayat ketika melaksanakan haji atau umrah nantinya.

“Apalagi fikih perempuan itu luar biasa sulit,” ungkap Ketua Fatayat dua periode ini.

Pihaknya berharap selepas rihlah ini bisa menjadikan motivasi agar jamaah bisa disegerakan beribadah di tanah suci.

“Ini dilakukan sebagai doa semoga semua pengurus dan anggota Fatayat disegerakan ibadah haji dan umrah berkali-kali berkali-kali, berkali-kali. Tidak hanya sekali,” harapnya.

Usai manasik haji, perempuan muda NU Kota Reyog ini juga mengunjungi replika toko yang menjual oleh oleh produk Arab, mulai kurma, kacang Arab, manisan, baju haji & umroh lengkap.

Nuurun Nahdiyyah KY, M.Pd.I Ketua Fatayat NU Periode 2019-2023 mengapresiasi kegiatan manasik haji di Kota Semarang tersebut.

“Terasa sangat dekat dengan Makah dan Madinah. Tidak bisa dibandingkan. Manasik di Semarang beda sekali,” ungkapnya.

Menurutnya, sentuhannya Fatimah Zahra membikin orang memiliki penghayatan yang lebih.

“Sangat menarik. Artinya membumikan nilai-nilai khususnya dalam melaksanakan ibadah haji dengan menyenangkan dan segar, tidak kaku,” sebutnya.

Nuurun menilai, ke depan kegiatan seperti ini layak untuk dilanjutkan. Sebab, bisa mempersiapkan psikologi dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah secara lebih matang.

“Pun, rihlah ini mampu menguatkan solidaritas pengurus dan anggota Fatayat NU Ponorogo,” pungkasnya. (as)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here