KAUMAN – SEMAKIN dekat dan lengkap layanan kesehatan masyarakat dinilai mampu mengurangi resiko buruk ketika masyarakat mengalami permasalahan kesehatan. Apalagi permasalahan yang dialami masyarakat tersebut terjadi mendadak dan butuh segera dilakukan penanganan secara cepat. Layanan kesehatan yang dekat dan mudah dijangkau tentu bisa mengurangi resiko terburuk bahkan sampai kematian.
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Kauman punya potensi yang luar biasa dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Terutama untuk mengurangi kematian ibu dan bayi maupun melayani (APK) atau Asuhan Pasca Keguguran.
Sayangnya, Puskesmas Kauman belum bisa membuka pelayanan APK tersebut. Hal ini karena Puskesmas Kauman belum Poned (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar). “Puskesmas Kauman belum PONED jadi belum bisa melayani AKP,” ungkap Ayu Kepala Puskesmas Kauman kepada wartawan, Senin 26 Agustus 2019.
Puskesmas PONED adalah puskesmas yang memiliki fasilitas atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawat daruratan obstetri dan neonatal dasar serta termasuk dalam puskesmas yang harus siap 24 jam.
Untuk menangani keguguran ibu hamil, Puskesmas yang dipimpin Ayu ini sebenarnya sudah memiliki sarana prasarana dan fasilitas yang memadai.
Seperti tenaga medis dan paramedis dan juga peralatan. Seperti AVM (Aspirasi Vacum Manual), kursi, meja, obat. Termasuk disupport oleh IPAS. Petugas puskesmas pun sudah mendapat pelatihan untuk menggunakan alat AVM ini dengan baik dan benar sesuai prosedur.
“Meskipun Puskemas Kauman sudah menerima peralatan dan pelatihan menangani keguguran namun secara payung hukum belum PONED ini maka tidak boleh melayani AKI,” sebutnya.
Pihaknya pun saat ini sudah berupaya memenuhi berbagai persyaratan. Salah satunya yakni penyusunan PPK atau panduan penanganan pasca keguguran.
Akibat belum adanya payung hukum ini lah masyarakat di wilayah kulon kali (sebutan kecamatan di wilayah barat Ponorogo) tidak bisa mendapatkan pelayanan yang cepat ketika terjadi masalah.
Ketika terjadi keguguran misalnya, masyarakat di kecamatan kauman dan sekitarnya harus rela pergi jauh ke Rumah Sakit di Kota. “Selama ini langsung ke timur (Ke Rumah Sakit di Kota),” ungkapnya.
Tentu saja, jauhnya perjalanan menuju rumah sakit ini meningkatkan resiko bagi ibu yang mengalami keguguran. Karena tidak bisa mendapatkan pelayanan secara cepat.
“Kami berharap bisa segera PONED sehingga bisa membantu ibu yang keguguran agar tidak terlambat di tolong,” ungkapnya.
Tentunya butuh dorongan semua pihak agar Puskesmas Kauman bisa PONED dan bisa melayani APK dengan cepat. Sehingga resiko di belakangnya tidak semakin meningkat.
Meskipun tidak bisa menangani APK Puskesmas Kauman tidak berhenti bergerak. Yakni dengan melakukan gerakan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan terjun ke sekolah-sekolah untuk memberikan pendidikan wawasan sejak dini tentang kespro. “Termasuk memberikan pengarahan hal yang tidak boleh dilakukan sebelum menikah,” sebutnya.
Puskesmas Kauman juga membuka penyuluhan kelas catin bagi calon pengantin. Lewat kelas catin ini pasangan akan diperiksa kesehatannya. Dan itu tidak hanya diikuti oleh calon istri tapi juga calon suami.
Puskesmas Kauman juga membentuk Kader yang bertugas menjaring dan mendata ibu hamil di wilayah kecamatan Kauman. Para kader diberi ilmu sebelumnya. Mereka bertugas memberikan sosialisasi dan mendata ibu yang punya resiko tinggi agar segera mendapat penanganan khusus.
Puskemas Kauman juga membuka diri ketika ibu yang mengalami APK minta konseling pasca APK. “Kami terbuka tidak melihat yang keguguran itu sudah menikah atau belum. Tugas kami melayanis semua,” pungkasnya. (Hasil kunjungan Agus Shofwan Rifai ke Puskesmas Kauman program Lokakarya IPAS)