PONOROGO (MP) – Belum sirna kabar gantung diri warga Madusari, Siman Selasa (13/08/2019) kemarin, hari ini Jemiran (84 thn) terjadi lagi warga Desa Pupus, Ngebel diduga depresi nekat gantung diri di pohon manggis, Rabu (14/08/2019) pukul 09.00 wib.
Kasubag Humas Polres Ponorogo Iptu. Edy Sucipta, SH saat dikonfirmasi awak media membenarkan adanya laporan orang meninggal dunia dengan gantung diri, wilayah hukum Polsek Ngebel.
“Tempak kejadian di pohon mangis kebun korban Dukuh Pupus, RT 01/01 Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo,” ujarnya.
Korban lanjut Edy, Djemiran, (84 th), alamat Dukuh pupus, RT 01/01 Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo.
“Barang bukti yang diamankan petugas
1( satu ) buah tali terbuat dari bambu panjang 100 cm,” katanya.
Ciri – ciri mayat kata Iptu. Edy, Panjang Mayat 142 Cm, memakai kaos lengan pendek warna merah putih, Celana panjang gemboran warna hitam, terdapat luka dileher bekas jeratan tali, dubur mengeluarkan kotoran, juga kemaluan tidak mengeluarkan cairan.
“Mayat masih lemas, berdasarkan pemeriksaan luar tulang jakun patah. Tidak terdapat tanda-tanda penganiayaan lainnya. Selanjutnya korban diserahkan kepada ahli waris atau keluarganya untuk dimakamkan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku,” terangnya.
Kronologi kejadian lanjutnya, Rabu, 14 Agustus 2019, sekitar pukul 0800 WIB, korban masih duduk didepan rumah.
Kemudian anaknya yang bernama Murtini (47 thn) berangkat kekebun dengan membawa sabit, selanjutnya sekira pukul 09.00 wib.
“Saat membuang sampah di belakang rumah mengetahui korban sudah dalam keadaan gantung diri di pohon mangis dengan mengunakan tali terbuat dari bambu,” ucapnya.
Melihat kejadian itu, berteriak minta tolong dan memberi tahu warga dan meminta tolong pada warga sekitar dan melaporkan kejadian tersebut pada perangkat desa Pupus.
Selanjutnya kasun pupus Didik Setiawan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Ngebel.
“Petugas mendatangi TKP bersama SPK team identivikasi polres ponoro dan team kesehatan puskesmas ngebel. Menurut keterangan anak korban beberapa hari belakang ini korban nampak berubah, nampak linglung karena penyakit yang di deritanya prostat dan ambeyen,” katanya.
Catatan penulis, Venomena ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, atau mungkin menurunnya norma-norma dimasyarakat kita, seperti kemerosotan sosial.
Mereka yang nekat mengakiri hidupnya dengan gantung diri merupakan bentuk tidak bisa beradaptasi dengan masalah dan lingkungan.
Penulis melihat, gantung diri merupakan ekspresi depresi yang paling dramatis. Mengerikan dibanding dengan jalan lain.
“Ini sudah menjadi venomena, yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut,” pungkasnya. (mny).