BALONG, Media Ponorogo – Kecintaan SMPN 1 Balong terhadap kesenian reog Ponorogo semakin terpatri kala penampilan memukau grup reog Sima Wiyata Mudha di Festival Reog Remaja (FRR) XXI.
Berlaga di ajang bergengsi Grebeg Suro 2025, Sima Wiyata Mudha sukses memikat ribuan penonton di Alun-Alun Ponorogo pada Jumat (20/6/2025).
Penampilan atraktif dan penuh inovasi ini menandai partisipasi keenam mereka secara berturut-turut dalam ajang bergengsi tersebut.
Dibawah arahan Hari Prasetyo, S.Pd., Kepala SMPN 1 Balong, Sima Wiyata Mudha menampilkan sebuah pertunjukan yang jauh dari kata biasa.
Keberhasilan ini tak lepas dari kerja keras dan inovasi yang dilakukan tim.
Dalam FRR 2025, mereka menggandeng seniman reog berpengalaman untuk meramu komposisi musik dan koreografi yang apik dan update namun tetap tidak keluar dari tradisi.
“Sejak tahun 2013, Sima Wiyata Mudha telah enam kali berpartisipasi dalam FRR,” ujar Hari Prasetyo.
Hari Prasetyo memberikan apresiasi kepada anak-anak yang luar biasa, penuh semangat dan disiplin selama latihan.
Meskipun latihan yang intensif dan singkat, hanya 14 hari, tidak menyurutkan semangat para siswa.
Mereka berlatih maraton setiap hari, bahkan di tengah kesibukan menghadapi ujian Sumatif Akhir Semester dan kondisi cuaca ekstrem.
Dedikasi ini didukung penuh oleh para pembina, guru, dan karyawan SMPN 1 Balong yang bergantian mendampingi latihan.

Sima Wiyata Mudha sendiri terdiri dari 84 siswa SMPN 1 Balong yang terampil dalam berbagai peran, mulai dari penari jathil, pembarong, klono, bujangganong, warok, wiroswara, hingga pengrawit.
Mereka dilatih oleh tim profesional: Bayu Aji (komposer), Imam Nur Arifin (koreografer), dan Andra Widhi Asmoro, S.Pd. (pembina ekstrakurikuler reog).
Keberhasilan ini juga tak lepas dari peran 45 guru dan karyawan yang turut aktif membimbing.
“Semua pemain adalah siswa dan siswi SMPN 1 Balong, sebagian besar dari ekstrakurikuler reog dan OSIS,” kata Hari Prasetyo dengan bangga.
Keberhasilan Sima Wiyata Mudha di FRR XXI bukan hanya prestasi semata, tetapi juga bukti nyata kecintaan SMPN 1 Balong terhadap budaya lokal.
Sekolah ini berkomitmen untuk melestarikan seni reog, warisan budaya takbenda Indonesia yang diakui UNESCO.
Proses regenerasi pun dilakukan secara berkelanjutan melalui seleksi bakat dan minat siswa baru setiap tahun ajaran.
“Reog adalah salah satu dari banyak ekstrakurikuler di sekolah,” tambah Hari Prasetyo.
Hari optimis, transmisi dan regenerasi reog Ponorogo akan terus berjalan. “Semoga sampai kapanpun, kita dan anak-anak tetap mencintai dan melestarikan budaya reog Ponorogo, sebagai budaya adiluhung kebanggaan warga Ponorogo dan Indonesia,” pungkasnya. (mas)