Home Budaya Seniman Dukung Monumen Reyog, Sudirman: Jadi Destinasi Industri Pariwisata

Seniman Dukung Monumen Reyog, Sudirman: Jadi Destinasi Industri Pariwisata

0

SAMPUNG, Media Ponorogo – Kalangan seniman mendukung penuh dibangunnya monumen reyog dan museum peradaban (MRMP).

Serta meminta masyarakat tidak terpengaruh di tengah munculnya polemik penyebutan berhala terhadap monumen reog.

Salah satunya Sudirman, seniman reog senior asli Kelurahan Paju yang mendorong pembangunan monumen reog yang kini tengah dikerjakan di kawasan Gunung Gamping Sampung terus berlanjut.

“Lanjut banget. Karena itu untuk wadah ekspresi dalam mengukur pencapaian karyanya,” ungkap Sudirman yang juga pemilik sanggar Kartika Puri itu, Minggu (26/5/2024).

Apalagi, kata Sudirman, reyog adalah bukti bahwa nenek moyang wong Ponorogo itu adalah seniman perupa yang hebat.

“Terbukti dengan bentuk fisik reyog Ponorogo itu karya seni rupa tiga dimensi yang top banget,” sebut Sudirman yang pernah menjadi gemblak itu.

Pun, dunia mengakui, bahkan di Korea dinyatakan sebagai Tari Topeng terbesar di dunia.

“Betapa nenek moyang wong Ponorogo telah memiliki ekspresi seni rupa dengan karya yang tinggi dan luar biasa,” paparnya.

Oleh karenanya, Sudirman berharap masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Ponorogo tidak usah menanggapi adanya polemik penyebutan berhala tersebut.

Pasalnya, monumen reog dibangun untuk meningkatkan sisi industri pariwisata.

“Tidak apa-apa orang lain menyebutnya berhala. Tapi kita adalah mengedepankan dari sisi industri pariwisata dan seni serta menjual budaya,” ujarnya.

Apalagi, lanjutnya, dari sudut art atau seni, monumen reog adalah bentuk ekspresi seniman untuk menunjukkan eksistensi keberadaannya dalam berkreasi.

Maka, Sudirman minta Pemkab Ponorogo tetap fokus merealisasikan monumen reog sampai benar-benar jadi sesuai waktu yang ditentukan.

“Karena bagi pemangku kebijakan, ini adalah suatu bentuk capaian prestasi untuk mengembangkan kota Ponorogo dari sisi destinasi industri pariwisata,” tandasnya.

Ia berharap, tidak terpengaruh dengan polemik berhala yang belakangan muncul. “Tidak masalah orang jaman dahulu menyebutnya berhala dari segi bahasa. Jadi tidak perlu dipertajam dan jadi perdebatan,” pungkasnya. (mas)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here