Home Budaya STMJ Ngaji & Sholawat: Hadirkan Suasana Religius Diesnatalis Ke-58 SMKN 1 Jenangan

STMJ Ngaji & Sholawat: Hadirkan Suasana Religius Diesnatalis Ke-58 SMKN 1 Jenangan

0

JENANGAN, Media Ponorogo – Dalam rangka memperingati Diesnatalis ke-58 SMK Negeri 1 Jenangan, diadakan acara Haflatut Tasyakkur STMJ Ngaji & Sholawat yang menghadirkan Gus Aflakha Mangkunegara dan diiringi oleh Hadrah Jagad Sholawat.

Kegiatan religius ini berhasil menarik antusiasme ribuan muhibbin, termasuk bapak, ibu guru, dan siswa SMKN 1 Jenangan.

Aula Hall Nanggala SMKN 1 Jenangan dipenuhi oleh ribuan jamaah yang larut dalam lantunan sholawat yang menggema.

Sujono, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMKN 1 Jenangan menyampaikan bahwa kehadiran Gus Aflakha Mangkunegara sangat dinantikan dalam rangka peringatan Isra Miraj pada tanggal 27 Rajab 1445 Hijriyah, sekaligus sebagai tasyakuran diesnatalis SMKN 1 Jenangan ke-58.

“Selamat datang di SMKN 1 Jenangan dalam suasana yang penuh kebahagiaan,” ucap Sujono.

Dalam pesannya kepada anak didiknya, Sujono menekankan pentingnya rasa syukur. Oleh karena itu, Gus Aflakha diundang untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya sholat, karena sholat adalah tiang agama.

“Dengarkanlah dengan seksama, jangan sampai membuat cerita sendiri,” pesan Sujono.

Sela-sela memimpin sholawat dan tausiyahnya, Gus Aflakha Mangkunegara memaparkan tentang teori dalang dalam pewayangan yang melibatkan sosok tokoh bernama Brotoseno. “Broto” artinya laku, sedangkan “seno” artinya kuat.

Gus Aflakha melihat bahwa anak muda zaman sekarang, terutama mereka yang masih berbakti kepada sekolah dan guru, adalah sosok yang memiliki “laku yang kuat” seperti Brotoseno.

Dalam ceritanya, Brotoseno diperintahkan oleh Begawan Durno untuk mencari Kayu Gung Susuhingangin.

Karena ketaatannya kepada gurunya, Brotoseno memasuki hutan yang angker dan menyeramkan, tempat yang tidak ada yang kembali setelah masuk.

Di tengah hutan, Brotoseno bertemu dengan sosok buto yang kemudian berubah menjadi betoro bayu.

Sang Buto menjelaskan bahwa Kayu Gung Susuhing Angin bukanlah benda fisik, melainkan bentuknya adalah sanepan.

“Kayu” dalam bahasa halus berarti karep atau harapan. Wong lahir punya karep krentek. “Gung” memiliki makna yang besar. “Susuneng angin” berarti keluar masuknya nafas harus selalu diingat Allah.

Gus Aflakha memberikan pesan kepada siswa SMKN 1 Jenangan untuk menghormati dan mengikuti petunjuk guru, menjadi santri yang baik.

Jika tidak mampu, maka menjadi pendengar yang baik, senang dengan sholawat dan segala hal kebaikan. Jika masih belum mampu, menjadi orang yang mencintai Allah dan alim ulama.

Acara Haflatut Tasyakkur STMJ Ngaji & Sholawat ini menjadi momen yang penuh berkah dalam perayaan Diesnatalis ke-58 SMKN 1 Jenangan.

Semoga semangat religius dan kebaikan yang diinspirasikan oleh acara ini terus membimbing seluruh warga sekolah menuju kesuksesan. (mas)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here