PONOROGO, (MP) – Pagelaran wayang kulit akhir bulan November yang digelar Dinas Pariwisata & Pepadi Ponorogo, Sabtu (24/11/2018) lalu terasa istimewa.
Pasalnya, pentas wayang kulit itu menampilkan ekstra dalang Cilik Ki Muhammad Fatikh Assegaf.
Dalam kesempatan itu, Fatikh-sapaan akrab menampilkan sebuah lakon Sang Anoman. Layaknya Dalang Dewasa Profesional, Fatikh terlihat piawai membawakan wayang yang menceritakan kepahlawanan Anoman.
Kontan saja, aksi bocah kelas V SDN 1 Mangkujayan ini pun mampu menyedot perhatian pasang mata yang menyaksikan pagelaran wayang di Paseban Alon-Alon Ponorogo.
Kepada Media Ponorogo, bocah kelahiran Ponorogo 23 September 2007 ini menceritakan awal mula ketertarikannya menjadi seorang dalang sejak masih balita umur 3 tahun.
Fatikh mengaku kepincut dengan dunia wayang secara tidak sengaja. Kakeknya lah yang punya peran utama mengenalkan dunia ringgit purwo.
Ketertarikannya dengan wayang saat ia tiba-tiba diajak Agus Ermadi sang kakek ke Alon-Alon Ponorogo.
Putra dari Agus Hartono ini mengira mau menonton reyog. Ternyata salah, ia diajak menyaksikan wayang kulit di Pendopo.
“Dulu diajak Mbah Kung ke Alon-alon. Saya kira menonton Reyog, ternyata wayang kulit. Dari situlah saya mulai rutin menonton wayang dan lama-lama suka,” ungkapnya.
Minat tinggi Fatikh menekuni pewayangan mendapat suport orang tua dan kakeknya. Dia lantas diantarkan belajar ringgit wacucal ke dalang kondang Ki Sigit Sapto Margono.
Minat Fatikh ternyata sejalan dengan kemampuannya yang cepat menguasai wayang. “Saya berguru ke Pak Dalang Sigit. Ternyata saya bisa ndalang,” sebutnya.
Setahun tekun berlatih, Fatikh akhirnya memberanikan tampil mendalang perdana ketika duduk di kelas IV. “Tampil pertama kali saat ikut pemilihan duta wisata cilik thole genduk. Saya uji talenta tampil di situ,” ungkapnya.
Meski masih tergolong bocah, namun berkat ketekunannya, Fatih sudah bisa menguasai suluk atau lagunya dalang. Bahkan ia sudah bisa membedakan suara 25 tokoh pewayangan. “Paling tidak saya menguasai 25 tokoh wayang,” sebutnya.
Fatikh juga sudah mahir menyatukan dialog dengan gending. Tak hanya itu saja, Fatikh bahkan sudah hafal setiap lakon dalam pewayangan.
Penguasaan bocah yang beralamat di Jalan Brigjen Katamso No. 18 Desa Kadipaten Ponorogo yang begitu cepat ini bukan tanpa kerja keras.
Fatikh sempat mengalami kesulitan membedakan suara besar dan kecil.
Untuk itu, ia selain rajin mendengarkan suara dalang saat pentas, Fatikh juga mendengarkan via Youtube. “Saya dengarkan terus bolak balik. Alhamdulillah bisa,” sebutnya.
Apresiasi atas tampilan dalang cilik ini datang dari kepala dinas pariwisata Slamet Lilik Rahardjo. “Dengan ekstra dalang cilik ini bisa menjadi sarana pagelaran gladi yang sifatnya latihan,” ungkapnya.
Selain itu, keberadaan Fatikh bisa memotivasi dalang cilik lainnya. Bahkan kedepan Pemkab Ponorogo bakal menggelar festival dalang cilik tingkat nasional. “Ini bukti regenerasi dalang cilik Ponorogo terus berjalan dengan baik,” pungkasnya. (sri)