PONOROGO, (MP) – SMPN 2 Kauman mampu menjaga kehormatan warga kulon kali khususnya Bantarangin Somoroto Kauman. Hal ini seiring kesuksesan Singo Simowicitro Reyog SMPN 2 Kauman menjadi juara umum Festival Reyog Mini (FRM) Tahun 2018.
Grup reyog SMP Negeri yang dipimpin oleh Drs. Mulyono, M.Pd ini tampil maksimal dan ditetapkan menjadi yang terbaik dengan menggeser puluhan peserta baik perwakilan kecamatan maupun pelajar.
Ridzwan Miftahul Aji S.Pd Koreografer dan Pelatih Reyog Singo Sumowicitro menegaskan, sebagai sekolah yang terletak di kawasan Bantarangin prestasi ini tidak sekadar kebanggaan. Lebih dari itu prestasi ini adalah prestise atau harga diri warga Bantarangin yang notabene cikal bakal reyog Ponorogo.
Hal senada juga disampaikan Waka Humas SMPN 2 Kauman menilai dengan prestasi ini semakin membuktikan bahwa reyog dan SMPN 2 Kauman serta Reyog dan Bantarangin itu sangat melekat.
“Memang bagi SMPN 2 Kauman juara umum FRM ini adalah prestise atau harga diri warga Bantarangin. Karena berdasarkan versi panji, cikal bakal reyog itu di Bantarangin,” ungkapnya.
Sebagai penjaga trah bantarangin, keluarga besar SMPN 2 Kauman sudah memahami dan berkomitmen menampilkan yang terbaik. “Kami ingin menginspirasi semuanya dengan menampilkan pertunjukan reyog yang maksimal dan penuh filosofis,” sebutnya.
Bahkan, butuh waktu hingga lima bulan untuk latihan menghadapi event berkelas nasional ini. Selama masa karantina, siswa dalam satu bulan bisa latihan sampai 20 kali.
Mulai dari seniman, wirosuworo maupun manajemen dipersiapkan maksimal mungkin. “Semua lapisan baik sekolah, wali murid, siswa maupun masyarakat kompak satu tekat show up mendukung tampil maksimal,” tegasnya.
Menurutnya, proses latihan siswa SMPN 2 Kauman pun berlangsung unik. Karena siswa saat latihan memakai jarik dan stagen. Ada tujuan tersendiri dipakainya dua aksesoris ini. Pertama, agar siswa tidak kaget waktu pentas sesungguhnya. Kedua, sebagai upaya mendidik karakter siswa agar menghagai kesenian. “Berkesenian itu tidak sak karepe dewe. Ada tatanan etika dan estetika,” tegasnya.
Ridzwan menerangkan, melalui FRM siswa secara tidak langsung bisa memperoleh multi kecerdasan. Diantaranya kecerdasan spiritual. “Sebelum latihan siswa wajib memanjatkan doa kepada sang kuasa agar diberi kelancaran,” sebutnya.
Selain itu, melalui FRM siswa dipacu kreatifitasnya. Karena bentuk gerakan pyur dari siswa. Seperti gerak kekanakan seorang anak.
Dengan FRM juga memunculkan kecerdasan emosional. Sebab, dengan latihan bisa membentuk kekompakan dan kebersamaan serta bisa memahami satu dengan yang lain.Bahkan, FRM juga bisa membentuk kecerdasan sosial.
Pihaknya berharap, potensi siswa-siswi SMPM 2 Kauman dalam bidang reyog ini tidak berhenti begitu saja. Namun harus bida dikembangkan. Selain penari bisa dikembangkan menjadi penata tari atau koreografi.
Ridzwa mengaku tidak takut kehabisan seniman muda. Karena di sekolahnya regenerasi sudah berjalan dengan baik. Kegiatan ekstra reyog berjalan maksimal dengan jadwal latihan dua kali dalam seminggu. Tiap hari Kamis dan Selasa. “Kami juga didukung partner sekolah dasar yang mendukung persiapan reyog,” pungkasnya. (sr)