Prediksi bahwa siapapun yang akan memenangkan Pilkada Ponorogo tahun 2020 adalah sebuah kemenangan yang diwarnai dengan money politik yang luar biasa. Ternyata ramalan tersebut tidak terbukti.
Di lingkungan peneliti sendiri tidak ditemukan adanya seliweran amplop-amplop dari pihak manapun.
Menjelaskan ya memang tidak mudah pilkada kali ini menangnya karena apa?
Banyak hal diantaranya adalah banyaknya kebijakan yang menjadi blunder politik bagi petahana.
Diantaranya adalah perbaikan jalan pedesaan yang jauh dari kelayakan, penertiban PKL yang kurang perencanaan dan pendekatan yang tidak disukai masyarakat luas dan berdampak perlawanan.
Pemberangkatan umroh para marbout masjid yang berdampak membentuk persepsi baru bagi marbout yang tidak diberangkatkan.
Lalu subuhan bersama yang dianggap penghamburan dana dan pencitraan pribadi serta persiapan pemenangan pilkada tahun 2020.
Dan yang tidak kalah penting adalah adanya pengkhianatan dalam tim internal petahana.
Sebaliknya Sugiri dengan dengan timnya menangkap kebijakan blunder tadi menjadi energi perlawanan dan pembentukan persepsi baru tentang “budi” kekinian Sugiri Sancoko.
Kalau petahana sibuk dengan mengatur agenda bertemu masyarakat sebaliknya Sugiri Sancoko super sibuk menghadiri undangan dari masyarakat.
Dua hal berbeda yang diawali dengan persepsi “disukai ” dan ” agak disukai “. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap besaran pendanaan dari kedua kubu.
Bahwa setiap calon bupati pasti membutuhkan dana besar untuk menggerakkan tim sukses yang besar. (Oleh Yusuf Harsono)