PONOROGO – SMPN 1 Sampung kini beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sekolah yang beken dengan ESZAMZAM itu saat ini menjadi sekolah yang hijau, asri, nyaman, tertata, berprestasi dan religius.
Hal ini seiring kerja ekstrim yang dilakukan keluarga besar sekolah selama dua tahun terakhir yang menjadikan SMPN 1 Sampung menjadi sekolah kebanggaan masyarakat.
Bahkan, berkat kerja ekstrim itu, sekolah yang dinahkodai Drs H. Imam Mujahid, MA itu baru saja ditetapkan menjadi sekolah adiwiyata kabupaten. Sebelumnya, SMPN 1 Sampung juga ditetapkan sebagai sekolah ramah anak.
Imam Mujahid menegaskan, prestasi ini diraih bukan semudah membalik telapak tangan. Pihaknya harus bekerja ekstrim dan bersama ketika awal masuk di SMPN 1 Sampung. Banyak sekali pembenahan yang dilakukan, baik SDM, sarana prasarana, management, fisik dan lain sebagainya.
“Tidak ringan memang, bukan lagi kerja keras tapi kerja ekstrim. Kalau tidak ekstrim maka tidak akan seperti ini,” tegasnya.
Setelah beberapa sektor mulai tertata, barulah ia bersama keluarga besar sekolah merintis adiwiyata. Meskipun pada awalnya terbayang berat di ongkos, namun dengan motivasi bersama, seluruh keluarga besar sekolah kompak menuju Delilah berbudaya lingkungan (sekolah adiwiyata).
Ada sentuhan religius yang kita lakukan hingga membuat keluarga besar sekolah terlecut meraih adiwiyata. “kita tekankan bahwa merawat lingkungan itu adalah bagian dari ibadah kepada Allah dan rasa syukur. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar kita mengelola alam dengan baik, dan dilarang membuat kerusakan lingkungan,” sebutnya.
“Adiwiyata itu bagi kami memiliki nilai yang tinggi dan agung, walau sebagian orang memandang remeh dan kecil, sebab dengan beraduwiyata bisa menciptakan sekolah surgawi. imbuhnya.
Dengan motivasi dan inspirasi itu, keluarga besar ESZamzam baik siswa, guru, karyawan, orang tua dan komite kompak hingga mampu meraih adiwiyata.
Diantara nilai luhur yang diperoleh dalam adiwiyata antara lain : Pertama nilai kerja keras. “Adiwiyata mengajarkan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas,” sebutnya.
Adiwiyata juga penuh nilai keindahan. Termasuk nilai kesehatan karena dengan alam yang bersih maka berpengaruh ke kesehatan lahir batin.
Selain itu juga nilai gotong royong, kebersamaan, semangat dan banyak hal.
“Masih banyak nilai yang digali, tidak hanya hijau tapi juga karakter serta ibadah sebagai bekal di akhirat,” ungkapnya.
Menurutnya, ada perbedaan yang kentara yang pada karakter warga sekolah sebelum dan sesudah adiwiyata.
Salah satunya, warga sekolah sudah disiplin dalam berbudaya lingkungan. Contoh kecil, kesadaran hidup sehat, memungut sampah dan membuang di tempatnya, menanam tanaman, menyirami dan merawatnya.
Ada suntikan motivasi dari kepala sekolah untuk menggerakkan hati siswa. Yakni dengan istilah “tangan surga”. “Jadikan tangan kita menjadi tangan surga”. Tanam pohon itu bernilai surgawi. Merawat itu bernilai ibadah dan alhamdulillah sekarang sudah terbiasa. Tinggal mengawal,” sebutnya.
Adanya prestasi adiwiyata ini disambut gembira keluarga besar sekolah dan bertekad untuk menaikkan status di level selanjutnya. “Pembenahan fisik dan non fisik terus berlanjut. Semua yang dilakukan dituangkan dalam jurnal sekecil apapun. Ini yang akan menjadi barometer menuju adiwiyata tingkat provinsi,” tandasnya.
Di sisi lain, SMPN 1 Sampung saat ini memiliki penguatan keagamaan yang tinggi. Di sekolah ini ada diniyah sore hari, kebiasaan shalat jamaah, shalat dhuha, siraman rohani jumat pagi dengan istilah “tetes embun pagi” mengupas sains terpadu dengan Al-Qur’an, pemembimbingan terhadap siswa membaca dan menghafal alquran.
Bahkan, SMPN 1 Sampung juga melaksanakan manasik haji massal yang belum pernah dilakukan sekolah lain. Ada 400 siswa SD MI di wilayah Sampung sekitar yang mengikuti kegiatan tersebut. Guru dan kepala sekolah SD pun difasilitasi mengikuti bimtek di ESZAMZAM. Akhirnya berlari dan berlari menuju sekolah “unggul , religius, berkarakter” semoga. (as)