KOTA, Media Ponorogo – Puluhan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (Muhipo) mencuri perhatian warga selama Car Free Day (CFD) di Jalan HOS Cokroaminoto, Minggu pagi (14/12/2025).
Sebanyak 33 siswa-siswi yang lengkap mengenakan pakaian tradisional menampilkan Tari Glipang oleh kelas XI Seni dan Tari Jaranan oleh kelas X Seni di tengah lalu lalang warga yang menikmati hari bebas kendaraan.
Suguhan menarik ini langsung mendapat apresiasi hangat dari warga yang berkerumun menyaksikannya.
Ternyata, pementasan tari tradisional dan reyog yang disajikan bukan hanya hiburan semata. Melainkan bagian dari uji kompetensi mata pelajaran seni budaya yang diangkat ke ruang terbuka.
“Tidak hanya tari, tapi tata rias dan busana juga diujikan. Semua mereka kerjakan sendiri,” ungkap Kepala SMA Muhipo Sugeng Riadi, M.Pd.
Selain di CFD, kelompok seni Taruna Surya SMA Muhipo juga menggelar pagelaran reyog di Plataran Ndoro Tondo – salah satu titik keramaian khas Ponorogo.
Menurut Sugeng, pemilihan tempat terbuka ini sengaja dilakukan agar uji kompetensi tidak hanya berlangsung di sekolah. Tapi juga bisa berinteraksi dengan masyarakat dan memperkuat identitas budaya lokal.
“Sebelumnya, uji kompetensi seni musik juga sukses digelar di Gedung Ekraf saat Musaf beberapa waktu lalu. Anak-anak kita konsen untuk mengembangkan seni, baik tari maupun musik,” jelasnya.
Kehadiran reyog SMA Muhipo di acara ini semakin spesial, mengingat grup yang berdiri sejak 2008 itu akan menerima penghargaan dari Keraton Surakarta pada tanggal 27 Desember mendatang.
Ketua Program Seni SMA Muhipo, Diah Ayu Ambarsari, S.Sn, menegaskan bahwa uji kompetensi tiap semester menjadi bukti komitmen sekolah menjaga kualitas kelas seni budaya.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah peserta yang semakin meningkat – dari sempat hanya 4-7 siswa, kini mencapai 33 orang.
“Ponorogo memang gudangnya seniman tari, jadi peminatnya terus bertambah. Kelas seni ini punya visi menjadikan siswa jadi koreografer handal dan berkarakter,” katanya.
Menurut Diah, lulusan kelas seni Muhipo memiliki prospek gemilang.
Banyak yang diterima di perguruan tinggi negeri jurusan tari, dan bahkan bagi yang mengambil jurusan lain seperti PGSD, keterampilan tari menjadi nilai plus yang memudahkan mereka mengajar di sekolah dasar.
“Harapannya, kelas seni ini bisa terus eksis, berkembang, dan memfasilitasi para calon seniman untuk mendalami kesenian tidak hanya dari sisi gerak, tapi juga keilmuan – semuanya untuk melestarikan budaya daerah Ponorogo,” pungkasnya. (mas)













































