KOTA, Media Ponorogo – PGRI Kabupaten Ponorogo sukses menyelenggarakan Apel Besar Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN), Sabtu, 6 Desember 2025.
Sebanyak 8.925 guru dari berbagai jenjang pendidikan memadati kawasan alun-alun, mengenakan seragam batik Kusuma Bangsa yang menunjukkan solidaritas dan kekompakan.
Istimewanya, apel besar ini diwarnai dengan penampilan Tari Kolosal “Sang Dewantara” yang dipersembahkan oleh MGMP Seni Budaya.
Tari ini menggambarkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, tokoh pahlawan pendidikan nasional, sebagai simbol semangat dan perjuangan kaum guru.
Tak kalah menginspirasi, Paduan Suara “Gita Dwija Swara” dari PGRI Ponorogo membawakan lagu-lagu yang membakar semangat para peserta.
Suasana semakin khidmat dengan kehadiran Seni Hadroh Al Banjari yang menambah nuansa religius dan menguatkan jiwa kebangsaan.
Ketua PGRI Ponorogo, Ruskamto, S.Pd, M.Pd, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam kepada pemerintah daerah dan seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini.
Ia juga mengungkapkan rasa bangganya atas keberhasilan para guru Ponorogo yang telah menorehkan prestasi membanggakan.
“Selamat kepada guru-guru Ponorogo yang mampu meraih prestasi tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten. Prestasi ini adalah bukti bahwa guru-guru kita mampu bersaing dan mengangkat harkat pendidikan di daerah ini,” ujarnya.
Ruskamto menegaskan bahwa peringatan HUT ke-80 PGRI dan HGN bukan sekadar seremoni organisasi profesi.
Lebih dari itu, momen ini menjadi refleksi sejarah panjang perjuangan guru dalam membangun bangsa Indonesia.
Ia mengingatkan bahwa 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan, seluruh organisasi guru di Indonesia bersatu di Surakarta dan membentuk PGRI pada 25 November 1945.
“Tanggal ini kemudian ditetapkan pemerintah sebagai Hari Guru Nasional sebagai penghormatan terhadap jasa para pahlawan pendidikan,” ungkapnya.
Tema peringatan tahun ini, “Guru Bermutu, Indonesia Maju. Bersama PGRI wujudkan Indonesia Emas. Guru Hebat, Indonesia Kuat,” menjadi panggilan dan tekad seluruh guru Indonesia untuk terus berkarya, menginspirasi, dan menjadi teladan terbaik.
Ruskamto menegaskan, “Memang, guru bukan orang hebat. Tetapi, semua orang hebat pasti pernah disentuh oleh Bapak Ibu Guru.”
Namun, di balik semangat dan keberhasilan tersebut, suasana haru menyelimuti.
Ruskamto secara emosional menyoroti nasib para guru honorer yang selama ini mengabdi tanpa lelah namun masih belum mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah.
Dengan suara bergetar menahan tangis, ia menyampaikan harapan besar agar para pemangku kebijakan memperhatikan kesejahteraan guru honorer yang berjuang tanpa henti.
“Sebagai seorang ayah, kami sangat bersedih. Kami belum berhasil memperjuangkan nasib mereka. Oleh karena itu, kami mohon dengan kerendahan hati agar pemerintah daerah dan pengambil kebijakan memperhatikan nasib teman-teman kami yang juga mempunyai tanggung jawab luar biasa,” ujarnya penuh haru.
Aspirasi ini mendapat perhatian serius dari seluruh peserta apel, yang menyadari pentingnya kesejahteraan guru honorer sebagai bagian dari pembangunan pendidikan nasional.
Ruskamto berharap, para guru honorer mendapatkan jaminan masa depan yang lebih baik dan layak.
Acara ditutup dengan amanat dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, Drs. H. Nurhadi Hanuri, M.M.
Ia menegaskan bahwa profesionalisme dan dedikasi guru harus terus ditingkatkan.
Ia mengajak seluruh peserta untuk menjadi “Guru Hebat” yang tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dengan hati, demi mempersiapkan Generasi Emas Indonesia. (mas)







































