SAMPUNG, Media Ponorogo – Monumen Reog dan Museum Peradaban Ponorogo (MRMP) di Desa Sampung, Ponorogo, terus menjadi buah bibir.
Meski belum rampung, ribuan pengunjung setiap akhir pekan berbondong-bondong datang untuk menyaksikan langsung ikon baru tersebut.
Pantauan Ponorogo Pos di lapangan menunjukkan, area terbuka di bawah monumen yang masih dalam tahap pematangan lahan parkir, berubah menjadi pusat keramaian.
Suasana mirip pasar dadakan atau area piknik yang hidup. Kendaraan dari berbagai daerah, tak hanya berplat AE (Madiun dan sekitarnya), tetapi juga N, S, W, AD hingga B, memadati area parkir.
Bambang, pengunjung asal Karanganyar, mengaku penasaran dengan Monumen Reog yang viral di media sosial. “Saya ingin melihat langsung, katanya lebih tinggi dari GWK di Bali,” ujarnya, Minggu (26/10/2025).
Pengunjung dari berbagai usia tampak menikmati suasana sore di bawah langit Monumen Reog.
Mereka duduk berkelompok di atas tikar, bersantai, dan bercengkerama. Minuman seperti es teh dan kopi menjadi teman setia.
“Tidak nyangka, Monumen Reog meski belum jadi tapi ramai sekali. Apalagi Sabtu dan Minggu, full,” kata Anggita, warga Madiun.
Kehadiran Monumen Reog membawa berkah bagi pelaku UMKM di sekitar Desa Sampung.
Warung kopi, angkringan, bakso keliling, jagung bakar, hingga soto ayam, mulai menjamur.
Sebut saja Angkringan Nyah Nyoh, Kopi Tenda Biru, dan KoMen (Kopi Monumen), yang disebut-sebut sebagai kedai kopi pertama di kawasan tersebut.
Ratusan tenda pedagang kaki lima (PKL) juga terlihat berjejer, menawarkan berbagai macam makanan, minuman, dan suvenir kaos bergambar Monumen Reog.
“Kalau sore enak suasananya, ngopi di bawah Monumen Reog dengan angin semilir,” ujar Yani, pengunjung asal Parang, Magetan.
Fenomena ini menjadi indikasi positif bahwa proyek Monumen Reog telah menciptakan ekosistem perekonomian baru bagi masyarakat sekitar.
Daya tarik utama keramaian ini tak lain adalah Monumen Reog itu sendiri.
Patung Dadak Merak (kepala singo barong dengan hiasan merak) yang menjulang tinggi, menjadi magnet bagi setiap mata yang memandang.
Patung berwarna dominan coklat dan emas itu menjadi latar belakang foto yang populer.
Lokasi monumen yang berada di kawasan perbukitan batu gamping (bekas tambang batu kapur) juga memberikan nilai tambah.
Tebingnya yang tergores alami memberikan pemandangan yang unik dan dramatis.
Meski masih dalam proses pembangunan, Monumen Reog Ponorogo terbukti telah berhasil menarik minat publik.
Diharapkan, ketika seluruh proyek MRMP selesai, kawasan ini tidak hanya menjadi ikon kebanggaan Ponorogo dan Jawa Timur, tetapi juga menjadi destinasi wisata bertaraf internasional yang mendunia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (mas)















































