SIMAN, Media Ponorogo – Asta brata, filosofi kepemimpinan yang selama ini menjadi salah satu pegangan Kang Bupati Sugiri Sancoko dalam memimpin Ponorogo.
Nilai-nilai kepemimpinan Jawa tersebut dipaparkan secara gamblang dalam Diskusi Kebangsaan dan Puncak Acara Duta Mahasantri Darussalam yang digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Minggu (20/7/2025).
Dalam paparannya, Kang Bupati menjelaskan bahwa Asta Brata berasal dari kata “Asta” yang berarti delapan dan “Brata” yang berarti laku atau perilaku.
Delapan perilaku tersebut merupakan simbol dari elemen-elemen alam yang merepresentasikan karakter ideal seorang pemimpin.
Menurut Kang Bupati Sugiri, seorang pemimpin ideal harus meneladani sifat matahari.
Ia hadir setiap hari tanpa henti, dengan tulus memberikan cahaya dan kehidupan bagi semua makhluk tanpa membeda-bedakan.
“Pemimpin harus istiqomah seperti matahari. Terus menyinari, menerangi, dan memberi energi kepada siapapun tanpa membeda-bedakan,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, bumi menjadi lambang keteguhan dan ketulusan.
Meski berada di bawah, bumi menjadi tumpuan kehidupan, menopang segala yang di atasnya, dan tetap memberi meski sering kali tidak dihargai.
“Walaupun diinjak dan dihina, pemimpin harus tetap kuat, menjadi tempat berpijak, dan terus menumbuhkan,” tambahnya.
Kang Bupati juga mengibaratkan pemimpin seperti udara, yang senantiasa ada di tengah masyarakat dan hadir saat dibutuhkan. Udara memberi kesejukan dan kehidupan tanpa banyak terlihat.
“Pemimpin jangan sulit dijangkau. Ia harus hadir dan bekerja bersama rakyat,” tegasnya.
Sementara api, menurutnya, melambangkan semangat dan daya gerak. Api mampu menghangatkan di kala dingin, dan menjadi kekuatan untuk menciptakan perubahan dan kemajuan.
“Pemimpin harus membakar semangat rakyat agar terus bangkit dan berkembang,” ucapnya.
Elemen berikutnya adalah bintang. Meski kecil dan tak selalu bersinar terang, bintang di dalam masyarakat zaman dahulu, memiliki fungsi penting sebagai penunjuk dan penanda.
“Bintang digunakan penanda awal musim panen, ada bintang sebagai penunjuk arah, ada juga penanda yang lainnya,” ungkapnya.
Sementara itu, karakter laut melambangkan keluasan hati, kedalaman pemikiran, serta kemampuan menyerap dan menyelesaikan setiap gejolak dengan kebijaksanaan. “Laut itu luas dan dalam, laut itu suci,” jelasnya.
Dalam penutupnya, Kang Bupati menyampaikan bahwa dirinya pun terus belajar menjadi pemimpin yang lebih baik.
Ia menyampaikan rasa bangganya terhadap Gontor, yang dinilainya sebagai ladang nilai dan pendidikan karakter.
“Gontor adalah ladang ilmu dan nilai. Saya yakin, pemimpin-pemimpin besar masa depan akan lahir dari tempat ini,” pungkasnya. (prokopim)