Home Headline Angka Tidak Cukup Bercerita, Kemiskinan di Ponorogo Terus Menyusut

Angka Tidak Cukup Bercerita, Kemiskinan di Ponorogo Terus Menyusut

0
Ditulis oleh : Rhyvania Octaviant Azzahra Mahasiswi Universitas Airlangga Semester Dua

SECERCAH harapan tengah menyinari Kabupaten Ponorogo. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan kembali turun.

Per Juni 2025, persentase penduduk miskin tercatat sebesar 9,11 persen, turun 0,42 poin dari tahun sebelumnya. Artinya, 3.660 warga kini telah terangkat dari garis kemiskinan.

Pada dasarnya penurunan ini tidak hanya mencerminkan hasil kerja keras, tapi juga arah kebijakan yang tepat sasaran.

Dikutip dari data BPS Kabupaten Ponorogo, garis kemiskinan pada Juni 2025 berada di angka Rp413.619 per kapita per bulan. Angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang masih di level Rp395.069. Garis ini mencakup kebutuhan dasar makanan dan non-makanan yang esensial untuk hidup layak.

Angka Menurun, Tantangan Masih Membayang

Meskipun statistik menunjukkan perbaikan, tapi di balik penurunan angka itu, masih terdapat tantangan besar. Banyak keluarga masih berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghasilan Rp21 ribu per hari memang cukup untuk keluar dari definisi ‘miskin’ secara statistik, tapi tidak berarti hidup mereka sejahtera.

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) juga menurun, dari 1,12 menjadi 1,02. Sementara itu, indeks keparahan (P2) turun ke angka 0,17. Kedua indikator ini mengindikasikan bahwa tidak hanya jumlah orang miskin yang turun, namun kondisi mereka pun sedikit lebih baik daripada sebelumnya.

Pemberdayaan Jadi Kunci

Seiring turunnya angka kemiskinan, pemerintah daerah terus melanjutkan berbagai program strategis. Bantuan langsung tunai (BLT), pelatihan keterampilan, hingga dukungan modal usaha digencarkan untuk memberdayakan masyarakat miskin agar lebih mandiri.

Karenanya menciptakan kemandirian lebih layak daripada memberikan bantuan finansial.

Peran Masyarakat Tidak Kalah Penting

Pemerintah tak bisa berjalan sendiri, pemahaman publik terhadap kemiskinan juga harus meningkat. Kemiskinan itu multidimensi. Soal pendidikan, kesehatan, hingga kesempatan kerja. Perlu gotong royong untuk mengatasinya. (***)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here