KOTA, Media Ponorogo– Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, atau yang akrab disapa Kang Giri, memberikan jaminan kualitas Grebeg Suro 2025 tetap terjaga meskipun anggaran yang dialokasikan minim.
Rapat Panitia Besar Grebeg Suro Kabupaten Ponorogo Tahun 2025 di Gedung Korpri, Rabu (5/6/2025), menegaskan komitmen tersebut.
Hanya Rp 350 juta dialokasikan dari APBD tahun ini, turun Rp 100 juta dibanding tahun lalu.
Anggaran yang dikeluarkan dari APBD ini jauh di bawah kebutuhan Grebeg Suro sekitar Rp 5,7 miliar.
Namun, Kang Giri meyakinkan bahwa keterbatasan anggaran bukanlah penghalang.
Ia menyamakannya dengan koki andal yang mampu menyajikan hidangan lezat meski bahan terbatas.
“Pemerintah harus mulai terbiasa dengan berkurangnya anggaran kegiatan,” tegasnya.
Lebih jauh, Kang Giri bahkan optimis Grebeg Suro dapat mandiri secara finansial di masa mendatang, tanpa bergantung sepenuhnya pada APBD.
Strategi untuk mencapai kemandirian tersebut, menurut Kang Giri, terletak pada inovasi dan pengoptimalan sumber daya.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Grebeg Suro, termasuk pengakuan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO dan nominasi Ponorogo sebagai Jejaring Kota Kreatif UNESCO, akan menjadi modal utama.
“Anggaran sedikit bukan berarti pelit, tapi kita melihat harga kegagahan Grebeg Suro, harga Reog Ponorogo, dan lain sebagainya. Kita coba menyatukan harga-harga itu menjadi modal penyelenggaraan Grebeg Suro tanpa harus mengandalkan penuh pada kekuatan APBD,” jelas Kang Giri, yang berpengalaman di bidang advertising dan event organizer.
Grebeg Suro 2025 akan menampilkan konsep futuristik dengan gebrakan baru pada desain panggung, visual, dan tata letak, memadukan teknologi modern dan tradisi.
“Panggung lebih gagah, sajian lebih hebat, agung, berpadu dengan teknologi akan semakin dahsyat,” janjinya.
Antusiasme masyarakat terhadap Grebeg Suro juga semakin meningkat, seperti terlihat dari viralnya tampilan baru Panggung Utama Alun-Alun Ponorogo yang dicat putih.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi.
Ia juga mencatat peningkatan jumlah peserta Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) dan Festival Reog Remaja (FRR), yang berdampak pada durasi penampilan yang lebih panjang.
FNRP diikuti 40 grup dengan jadwal empat hari, sementara FRR diikuti lebih dari 22 peserta.
Hal ini menjadi tantangan sekaligus bukti kesiapan Ponorogo menyambut geliat ekonomi dan budaya melalui Grebeg Suro 2025. (min/mas)