KOTA, Media Ponorogo – PERANG alias Pengajian Rutin Rabu Siang di Masjid As-Syifa, RSUD Harjono Ponorogo, Rabu (4/6/2025), terasa Istimewa berkat Tausiyah Ustadz Agus Khoirul Hadi, M.Pd., Bendahara Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Ponorogo.
Dengan gaya penyampaian nya yang ringan, menarik, dan interaktif, Ustadz Agus KH, begitu ia akrab disapa, mengajak jamaah untuk merenungkan pentingnya menjaga interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama.
Tausiyah Ustadz Agus KH penuh dengan dengan makna dan berisi. Bahkan sejak awal dari muqoddimah, Agus KH memberikan penjelasan secara kontekstual, detail dan mudah diterima.
Diawali dengan ungkapan syukur atas nikmat Allah SWT, Agus KH menekankan pentingnya mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai wujud penyempurnaan rasa syukur atas nikmat Alloh, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Karena manfaat rasa syukur atas nikmat, sekecil apapun, akan mendatangkan nikmat dan keberkahan berkelanjutan lainnya.
Beliau mencontohkan, rezeki uang sebesar Rp 100.000,- yang dibelanjakan dan disyukuri, bukan hanya sekedar memberikan efek kenyang dan hilangnya dahaga saja, melainkan juga akan menghasilkan rejeki lain yang bisa jadi berupa kebahagiaan, ketentraman dan kesehatan bahkan kenikmatan serta keberkahan lainnya.
Pada intinyaTausiyah beliau, Ustadz Agus KH mengingatkan jamaah akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah SWT (hablumminallah) dan sesama manusia (hablumminannas).
Bendahara Umum MUI ini menjelaskan bahwa manusia, sejak lahir hingga akhir akhir hayat, senantiasa membutuhkan bantuan orang lain.
“Penting bagi kita untuk selalu menjaga interaksi sosial dalam kehidupan dengan baik,” tegasnya.
Suami dari Ibu Tri Suryati ini, mengingatkan akan bahaya nya rasa ke-akuan dan sombong akan capaian-capaian yang telah dimiliki.
Adanya capaian Kekuasaan, Pengaruh, Harta benda serta capaian lainnya jangan sampai kemudian menjadikan kita memandang orang lain dengan sebelah mata.
Beliau mengutip hadits Nabi Muhammad SAW tentang orang yang muflis / bangkrut, bukan karena ketiadaan harta benda, tetapi justru karena seringnya menyakiti hati sesama meskipun mereka ahli ibadah.
Ia menjelaskan, pahala ibadah seseorang bahkan bisa terpakai untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan akibat menyakiti orang lain, hingga bahkan bisa menyebabkan kehabisan pahala dan menerima dosa orang lain yang pernah disakiti hingga akhirnya menjadi muflis / bangkrut.
Ustadz Agus KH mengajak jamaah untuk selalu bermuhasabah diri untuk bisa saling menghargai keberagaman, menghormati perbedaan dan membangun peradaban dimana semua bisa hidup dalam kenyamanan.
“Jangan sampai perbedaan menjadi bibit munculnya perselisihan apalagi permusuhan, tetapi justru harus dikelola sebagai media untuk saling menyempurnakan”. Ungkap Beliau.
Tausiyah yang penuh hikmah ini pun ditutup dengan doa dan harapan agar jamaah dapat mengamalkan pesan-pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (mas)