HALAL BIHALAL merupakan budaya umat Islam Indonesia. Budaya lokal yang dianggap baik ini dipertahankan dan dikembangkan oleh masyarakat Muslim, karena dinilai positif untuk menjalin ukhuwwah.
Ketika halal bihalal digelar nyaris tidak ada perbedaan status antara pejabat dengan rakyat, atasan dengan bawahan, umara, dan ulama, prinsip utamanya adalah saling maaf memaafkan.
Perintah untuk saling memberi maaf jelas-jelas telah difirmankan dalam kitab suci al-Quran dan as-Sunnah.
Oleh karenanya acara halal bihalal menjadi media terjalinnya persatuan dan kesatuan di antara umat Muslim.
Walaupun acara halal bihalal kemungkinan bedar hanya ada di Indonesia dan beberapa rumpun Melayu bukan berarti bid’ah. Karena acara tersebut tidak masuk dalam kategori ibadah mahdhah.
Dalam Islam itu jenis ibadah secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah dibakukan kaifiyahnya, tidak boleh ditambah atau dikurangi, contohnya syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.
Ibadah itu telah ditentukan waktu, tempat, dan tata caranya. Jika menyimpang dari syariat, itu dianggap sebagai bid’ah.
Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah semua perbuatan yang dikerjakan dengan niat mengharapkan keridhaan Allah.
Contohnya halal bihalal, makan minum, bekerja, mencari nafkah, menuntut ilmu, mengurus organisasi, memakmurkan masjid dengan niat mencari keridhaan Allah, masuk dalam kategori ibadah ghairu mahdhah.
Melalui halal bihalal jalinan tali silaturahmi akan tersambung kembali.
Keluarga, karib kerabat, teman dekat, dan sesama muslim, dapat terjalin hubungan baik kembali saat diadakan halal bihalal.
Keinginan untuk menyambung silaturahmi merupakan fitrah manusia atas karunia Allah.
Sampai-sampai orang yang telah meninggalkan kampung halamannya berbondong- bondong mudik untuk maksud bertemu dengan ibu, bapak, dan sanak saudaranya.
Itulah sesungguhnya yang disebut dengan fitrah. Maka hari raya setelah ramadhan disebut dengan hari raya idul fitri.
Bandingkan dengan hari raya idul adha, suasanya sangat berbeda dengan idul fitri, walaupun sama-sama hari raya Islam.
Kesimpulannya, manusia memiliki fitrah yang tersimpan di dalam hati nurani. Fitrah tersebut berisi asmaul husna yang dipercikkan Allah kepada setiap diri manusia.
Oleh karenanya semua sifat2 Allah yang tergambar dalam asmaul husna tersebut sebagian kecil ada pada manusia.
Contohnya, Sifat Arrahman, bahwa Allah Maha Pengasih, maka setiap manusia merindukan kekasihnya dan ingin dikasihi oleh orang lain.
Allah Maha Pengampun, maka setiap manusia ingin minta maaf kepada Allah dan sesamanya.
Salah satu tujuan halal bihalal adalah saling memaafkan agar bersih, suci, tidak ada lagi noda yang mengotori atau menutup suara hati nurani, sehingga terpancar sinar kebaikan, kebersamaan, guyup rukun, gotong royong, husnudhon, positif thinking, dan akhlakul karimah lainnya. Wallahua’lam. (***)