PONOROGO – Masa Orientasi Santri (MOS) SDIT Darul Falah Sukorejo Kabupaten Ponorogo berlangsung seru, beda dan sarat akan makna.
Beragam kegiatan unik dan menarik pun digelar agar budaya atau kultur pondok pesantren bisa melekat sejak dini ketika anak-anak memasuki lingkungan SDIT Darul Falah.
Anisatul Mufatikhah, S.Pd Kepala SDIT Darul Falah mengatakan, tahun ini sebanyak 548 santri mengikuti MOS. Ratusan santri itu berasal dari kelas 1 sampai kelas 6.
Pihaknya mengaku bersyukur, setiap tahun santri baru terus mengalami peningkatan. Bahkan, data sementara sudah mencapai 85 atau empat kelas dan itu pun masih terus bertambah.
Tingginya kepercayaan masyarakat ini menjadi bukti keberadaan dan keunggulan SDIT Darul Falah sudah dikenal masyarakat luas.
Asal wilayahnya pun beragam. Tidak hanya di seputaran Sukorejo namun sudah merambah kecamatan sekitar bahkan sampai Magetan.
“Ini menjadi tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidiknya,” sebutnya.
Ustadzah Anisatul menjelaskan, sengaja menamakan MOS dengan masa orientasi santri dengan harapan anak yang bersekolah di Darul Falah punya jiwa santri sejak dini.
MOS berlangsung selama satu minggu, Senin hingga Sabtu (11-16/6/2022) dengan mengusung tema “Menjadikan Generasi Milenial yang Kuat Iman dan Berakhlaqul Karimah yang Berlandaskan Al Qur’an”.
Nuansa pesantren kental dalam kegiatan MOS. Buktinya, sebelumnya dilaksanakan simaan Al Quran yang diikuti semua santri di bawah pantauan orang tuanya sampai khatam.
Santri juga diajak berziarah makan pendiri PP Darul Falah, yakni KH Mashudi Achmad. “Selain mendoakan, ini sekaligus menghargai perjuangan guru, kyai dan pendirinya,” sebutnya.
Menariknya lagi, pembukaan MOS ditandai dengan pelepasan 7 burung merpati. “Ini simbol, dengan lepasnya burung merpati bisa membawa cita-cita dan doa kita sampai di titik tertinggi,” ungkapnya.
Nuansa budaya juga kental dengan tampilnya Ganong Show dan Inspirative Fashion Show.
Ketua panitia Dinda Septiani,S.Pd menambahkan, MOS ini dimaksudkan untuk mengenalkan lingkungan pondok dengan segala aktifitas peribadatannya.
Termasuk melekatnya jiwa santri yang tangguh, dan lingkungan kepondokan yang berkarakter keislaman dan kebudayaan. “Kami tanamkan panca jiwa pondok pesantren,” tegasnya.
Ia menegaskan, MOS di SDIT Darul Falah wajib diikuti seluruh santri. Baik kelas 1 hingga kelas 6.
Bedanya, untuk siswa baru memang ada fokus tersendiri. Selain pengenalan lingkungan juga diberikan pembiasaan.
Salah satunya pembiasaan nafsiyah untuk menumbuhkan semangat, disiplin, dan kemandirian.
Kegiatan MOS ini juga melibatkan wali santri untuk berpartisipasi aktif di setiap kegiatan. Termasuk pada akhir MOS ditutup dengan senam bersama siswa dan wali santrinya.
“Kami ingin hubungan guru, wali dan santri terjalin menjadi sirkel yang baik,” sebutnya.
Ia berharap, dengan mengikuti MOS ini santri lebih siap lagi dan tertantang menghadapi tahun ajaran baru 2022/2023.
“Yang paling utama, kami berharap bahwa budaya atau kultur pondok pesantren bisa melekat sejak awal atau sejak anak-anak mengenal dan memasuki lingkungan SDIT Darul Falah,” pungkasnya. (mas)