PONOROGO : Gencarnya pemberitaan di media online, radio dan media televisi terkait petani tembakau di desa Sendang Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo merugi jutaan rupiah akibat cuaca mendung dan hujan, ditanggapi oleh pihak Supervisor PT Sadana area Ponorogo.
Dalam keterangannya Andik selaku supervisor PT. Sadana untuk wilayah Kabupaten Ponorogo mengungkapkan, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang kita berikan kepada petani tembakau di Ponorogo mulai proses persemaian, penanaman dan pemetikan kita sampaikan agar petani tembakau mendapatkan hasil panen yang maksimal.
“Kita tidak boleh menyalahkan hujan/cuaca yang terjadi saat ini, karena bulan Nopember memang sudah masuk musim penghujan,” kata Andik, Kamis (18/11/2021).
Dia juga menjelaskan, kami memberikan arahan kepada petani tembakau untuk masa tanam bulan Juni, sedang masa persemaian bulan Mei, kemudian umur satu bulan ditanam.
“Juni tanam, kemudian akhir bulan Oktober adalah batas terakhir pembelian tembakau dari petani,” ucapnya.
Namun demikian, karena sesuatu hal kamipun dari PT masih tetap mau menunggu sampai panen terakhir petani yang sesuai dengan SOP dari PT. Dan dengan catatan cuaca masih memungkinkan untuk penjemuran.
“Panen terakhir SOP nya minggu ke 3 bulan Oktober 2021. Terakhir pembelian minggu ke 4 bulan Oktober. Dispensasi sampai bulan Nopember minggu 1. Ini sudah berlaku tiap tahun,” terangnya.
Andik juga mengatakan kalau sampai terjadi musim/cuaca jelek/kemarau basah, yang rugi bukan cuma petani tembakau, namun dari pt juga rugi.
“PT juga juga mengalami kerugian, karena PT tidak bisa memenuhi kontrak menyuplai tembakau kering pada pabrik rokok,” ucapnya.
Menurut Andik, apa yang sudah disampaikan pihak pabrik kepada petani tembakau sebenarnya sudah sesuai SOP, yakni bulan Juni tanam, dan bulan Oktober masa panen dan selesai.
“Kalau sekarang masih ada yang panen, bisa dikatakan saat tanam mundur, sehingga bulan Nopember belum selesai. Inipun dari pihak pt masih memberikan toleransi dan menunggu panen petani tembakau asal sesuai dengan SOP dan masih bisa penjemuran,” tambahnya.
Sementara Sumiskan salah satu petani tembakau saat dikonfirmasi mengaku ada yang mundur saat masa tanam.
“Saya ada yang tepat bulan Juni tanam, ada yang sebagaian mundur hampir satu bulan. Mundurnya tanam, karena tanahnya masih basah, menunggu kering,” katanya.
Namun demikian, dari hasil panenan saya di 15 persen rusak, karena hujan dan mendung.
“Ya, tidak rugi sebenarnya, hanya saja kita terpaksa tidak bisa menjual karena mbakonya rusak, tidak sesuai standart pabrik,” tukasnya. (mny).