Home Daerah Mendung & Hujan Selama Sepekan, Petani Tembakau Merugi Jutaan Rupiah, Terpaksa Dijadikan...

Mendung & Hujan Selama Sepekan, Petani Tembakau Merugi Jutaan Rupiah, Terpaksa Dijadikan Pupuk Organik

0
Buat pupuk organik, setelah dirajang dijemur tidak kering, mbako rusak oleh petani disebar untuk pupuk organik

PONOROGO – Kabupaten Ponorogo sejak sepekan mulai Rabu (10 – 16 Nopember 2021) mendung dan hujan menjadi tantangan bagi petani tembakau.

Hujan deras dan cuaca mendung berdampak pada ancaman gagal panen bagi petani tembakau. Selain itu, tembaku yang sudah dipanen dan dirajang bakal rusak karena kehujanan dan tidak ada panas.

Mbako rusak setelah dirajang dijemur tidak kering

Ninik ketua kelompok tani tembakau Pondok Makmur desa Sendang Kecamatan Jambon, Ponorogo saat dikonfirmasi mengatakan, petani tembakau diwilayahnya dengan kondisi cuaca seperti sekarang ini mengalami kerugian cukup besar.

“Dengan kondisi cuaca seperti saat ini, petani tembakau bisa dibilang gagal panen, 70 persen gagal panen,” kata Ninik, Selasa (16/11/2021).

Dia juga menjelaskan, saat ini tembakau yang masih ada disawah dan belum dipanen masih banyak.

“Daun yang sudah dipetik setelah dirajang tidak bisa kering karena mendung. Sedang daun yang belum dirajang karena kelamaan juga busuk (rusak),” ucap Ninik yang mempunyai anggota 74 petani.

Akibatnya petani-petani tembakau mengalami kerugian yang cukup besar.

“Kerugian yang dialami para petani tembakau ya besar sekali, bisa mencapai Rp. 10 juta ada yang sampai Rp. 15 juta,” jelasnya.

Ninik menambahkan, langkah yang kita ambil dengan bagian gudang atau Sadana meminta dispensasi waktu setor.

“Saya sudah melakukan pertemuan dengan pihak pabriknya agar bisa diperpanjang setornya. Kemarin sudah diberi waktu 3 hari, mulai 15 – 18, setelah itu belum ada info lagi,” katanya.

Sementara Kades Sendang Taufiq mengungkapkan petani tembakau diwilayahnya dengan kondisi cuaca saat ini ngrajang terhenti, karena tidak bisa kering.

“Seperti yang terjadi hari Rabu kemarin, setelah petani melakukan perajangan cuaca mendung dan hujan sampai berhari-hari. Karena tidak bisa kering, akhirnya dikumpulkan dan dibawa kelahan masing-masing dijadikan rabuk organik,” ungkapnya.

Taufiq menyebut, tembaku saya sendiri juga mengalami kerusakan setelah kita lakukan perajangan dan tidak bisa dikeringkan.

“Ada berkisar 3 bal, ya kalau dirupiahkan sekitar Rp. 3,5 juta,” ucapnya.

Di desa Sendang lanjut Taufiq kebersamaan pas hari Rabu kemarin ada 25 orang yang melakukan panen tembakau, semua mengalami nasib yang sama.

Senada dikatakan Edi (54 thn) petani tembakau desa Sendang mengaku setelah memanen daun tembaku kemudian dirajang, dijemur tidak bisa kering karena hujan.

“Selain tidak ada panas, tiap hari hujan mengakibatkan tembaku rusak (bosok). Ya kalau dinilai sekitar Rp. 4,5 juta,” ujarnya.

Edi pun juga menjelaskan, sebenarnya para petani tembakau sudah memprediksi, Bulan Nopember diperkirakan cuaca masih panas, ternyata sudah turun hujan.

“Ya, mau bagaimana lagi, kita pasrah dengan keadaan. Namun demikian, saya dan petani lainnya tahun depan masih tetap melakukan kerjasama dengan pabrik,” tukasnya. (mny).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here