PONOROGO – SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo didukung tenaga pendidik yang profesional, berdedikasi tinggi dan berkualitas sesuai bidangnya. Seperti salah satunya Gayuh Risdian Saputro, M.Pd.
Meski statusnya guru tidak tetap (GTT) namun pengampu bahasa jawa SMA Muhipo ini mendapat penghargaan luar biasa yakni Anugerah Sutasoma, Kamis, (21/10/2021) di Hotel Bumi Surabaya.
Penghargaan tersebut merupakan program Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur memberi apresiasi kepada kalangan yang berjasa dan berdedikasi dalam bidang kesusastraan Indonesia dan daerah di Jawa Timur.
Gayuh sapaan akrabnya mendapatkan satu penghargaan dari tujuh kategori yang dikompetisikan, yakni guru bahasa daerah berdedikasi tinggi.
Anugerah Sutasoma ini menjadi bukti bahwa guru SMA Muhipo sudah tidak diragukan kualitasnya.
Karena, anugerah diberikan berdasarkan serangkaian penilaian dewan juri yang berasal dari akademisi dan sastrawan.
Bahkan, selain menilai hasil karya, panitia juga menelusuri sepak terjang sastrawan dan penulis di Jawa Timur dalam kurun waktu tertentu.
Pria kelahiran Ponorogo, 29 Nopember 1991 ini kepada Media Ponorogo dengan nada merendah mengaku sempat tidak percaya mendapat anugerah yang luar biasa tersebut.
“Setengah tidak percaya karena peraih tahun-tahun sebelumnya banyak didominasi yang sudah senior dan dari sekolah negeri, tentunya sudah PNS. Sementara saya GTT, dan jauh di bawahnya.” ungkap Gayuh.
Namun menurutnya, selama ini ia memang konsisten dalam menulis dan menghasilkan karya sastra yang menjadi salah satu penilaian Sutasoma.
Gayuh sendiri sudah mulai tekun menulis sejak kuliah hingga menjadi guru SMA Muhipo.
Tahun 2020 disebutkannya sebagai tahun keemasan bagi sejarah penulisannya. Karena tercatat setidaknya sebanyak 150 karyanya dimuat di media massa baik cetak maupun online.
“Sejak adanya pandemi Covid-19 saya punya banyak waktu menulis, tahun 2020 ini terbanyak,” ungkapnya.
Selain konsisten menulis, Gayuh juga aktif dalam berbagai forum bahasa dan sastra Jawa.
Seperti kerap mengikuti diskusi sarasehan sastra dan budaya Jawa. Termasuk mengikuti Kongres Bahasa Jawa dan Kongres Sastra Jawa.
Gayuh yang tercatat sebagai sekretaris MGMP Bahasa Jawa dua periode ini juga mewadahi karya guru dengan mendirikan buletin sastra Jawa Larik.
Ia juga mendirikan pelatihan menulis remaja yang digabungkan dengan program sekolah. “Ada komunitas menulis dan bukunya sudah dilaunching di SMA Muhipo,” sebutnya.
Jebolan Unesa jurusan Pendidikan Bahasa Daerah ini juga telaten mendokumentasikan karya sastra di media. Sehingga bisa menjadi rujukan mahasiswa yang menginginkan referensi penelitian.
Bahkan, Gayuh juga aktif di Sanggar Triwida sebuah sanggar sastra Jawa yang berpusat di Tulungaagung. “Saya komisariat di Ponorogo,” sebutnya.
Keberadaan Gayuh di SMA Muhipo pun membawa kemajuan bagi perkembangan bahasa Jawa anak didiknya.
Terbukti, sebagian karya anak-anak SMA Muhipo bisa tembus dimuat di majalah ternama seperti Jaya Baya dan Penyebar Semangat.
“Target kami ke depan anak-anak bisa menerbitkan buku dan akan muncul penulis dari SMA Muhipo. Memang berat tapi kalau kerjasama saya yakin SMA Muhipo bisa.,” tandasnya.
Atas penghargaan Sutasoma tersebut, lulusan S2 di Universitas Sebelas Maret itu tidak hanya sekedar menerima piagam dan sebatas dipajang di tembok.
“Semoga saya bisa konsisten dan istiqomah berkontribusi dalam mengembangkan dan membina sastra Jawa di masyarakat, juga untuk memotivasi teman guru dan siswa produktif proaktif mengembangkan bahasa Jawa,” pungkasnya. (mas)