PONOROGO – Terobosan SMAN 3 Ponorogo yang melaunching Smaga Research School (SRS) ternyata mendapat apresiasi dan supporting dari dunia internasional.
Tak tanggung-tanggung, Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat bahkan menggelontorkan dana hibah untuk mengembangkan dunia penelitian ilmiah remaja di Kota Reyog melalui SMAN 3 Ponorogo.
Sebagai wujudnya, SMAN 3 Ponorogo dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara program pengenalan dan pembinaan penelitian untuk pelajar/guru di Indonesia Timur.
Yakni dengan menyelenggarakan workshop bertajug From East to be The Best young Scientist (FEBYS) atas prakarsa US Consulate General Surabaya.
Sedangkan sebagai pelaksananya adalah Yayasan Karya Riset Indonesia bersama SMAN 3 Ponorogo.
Dalam workshop ini SMAN 3 Ponorogo menghadirikan sekitar 60 guru dan siswa SMA, SMP dan MTs di Kabupaten Ponorogo.
Esti Durahsanti Cultural Affairs Spesialist United States Consulate General di Surabaya mengatakan, SMAN 3 Ponorogo adalah salah satu dari 4 kota di Jatim yang dipercaya menerima program dari Konjen Amerika Serikat.
Bahkan, SMAN 3 Ponorogo adalah SMA pertama di Jatim yang melaksanakan program yang dalam pelaksanaannya dijalankan oleh Science Hunter.
Dipilihnya SMA Negeri yang dipimpin Sasmito Pribadi, M.Pd ini bukan tanpa alasan. Selain karena komitmen dalam pengembangan riset, SMAGA juga pro aktif.
“SMAN 3 Ponorogo dan Kacabdindiknya sangat pro aktif dan terbuka maka langsung difollow up science hunter. Konjen Amerika memberikan dana hibah kepada Science Hunter dan mempercayakan pelaksanaan workshop di Jatim dan Bali,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam kegiatan ini peserta dimotivasi supaya tertarik dan mengerti dunia riset. Tidak hanya teori, mereka juga diajak praktek.
“Ada sesi menggunakan paket alat atau KIT. Peserta diajak diskusi bagaimana menemukan permasalahan di sekitar yang bisa dicarikan solusi lewat riset dan pendampingan-pendampingan,” ungkapnya.
Peserta dibimbing oleh mentor profesional dari Science Hunter yang rata-rata adalah mahasiswa berprestasi.
“Salah satunya Reza Aulia Akbar, ST, CIAR mahasiswa ITS yang pernah mendapat pengalaman mengikuti pertukaran mahasiswa ke Amerika selama 6 minggu. Setelah kembali ke Indonesia, ia terinspirasi mendirikan Science Hunter,” sebutnya.
Ia berharap dengan kegiatan ini muncul anak muda dan perempuan yang menggeluti dunia sains. Sehingga banyak masalah yang bisa dipecahkan.
“Pun anak-anak Ponorogo tidak tertutup kemungkinan bisa belajar ke Amerika. Ini adalah semacam pintu masuknya,” tandasnya.
Kegiatan ini mendapat apresiasi Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Ponorogo Drs. H. Nurhadi Hanuri, MM.
“Ini luar biasa. Setelah launching Smaga Research School langsung disambut kerjasama Kedutaan Besar Amerika Serikat,” ungkapnya.
Menurutnya, program dari Konjen Amrik ini bisa membantu SMAN 3 Ponorogo dan sekolah lainnya di Ponorogo mengembangkan budaya riset yang terbaik.
Nurhadi menegaskan, lewat program ini diharapkan dapat memunculkan karya penelitian siswa dan guru.
“Sehingga mampu menujukkan SMAN 3 Ponorogo memang layak sebagai sekolah berbasis riset dan membantu pemerintah untuk menginisiasi munculnya sekolah-sekolah berbasis riset ke depannya,” sebutnya.
Sementara itu, Sasmito Pribadi, M.Pd mengaskan sekolahnya memang punya komitmen tinggi mengembangkan riset dengan melaunching smaga research school.
Sasmito juga menerangkan, dalam kegiatan ini pihaknya mengundang guru dan siswa SMA, SMP dan MTs di Ponorogo.
“Kami ingin berbagi sharing semangat keilmuan khususnya SRS di Ponorogo,” tegasnya.
Ia mengaku bangga, keseriusan sekolahnya mengembangkan riset mendapat respon positif Konjen Amerika Serikat.
“Maka kesempatan emas ini diharapkan benar-benar membawa dampak positif terhadap iklim dan ekosistem karya tulis di Ponorogo,” pungkasnya. (mas)