PONOROGO – SMK PGRI 2 Ponorogo berkomitmen menerapkan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat.
Hal itu dilakukan sebagai upaya SMK yang dipimpin Syamhudi Arifin SE MM itu untuk mengurangi beban biaya orang tua di tengah pandemi Korona.
Karena orang tua yang harus mencukupi keluarganya juga mendapat beban membelikan pulsa selama pembelajaran daring.
“Dengan pembelajaran tatap muka ini saya bisa mengurangi beban kuota internet. Kalau kuota internet dijalankan kemudian orang tua masih bayar SPP, kan kasihan. Tentu sangat memberatkan,” ungkapnya.
Sebab, berdasarkan hitung-hitungannya memang menyedot biaya yang besar. “Kalau dihitung satu anak belanja pulsa Rp 100 rb. Maka jika dikumpulkan di SMK PGRI 2 Ponorogo dalam satu bulan belanja paket untuk daring sekitar Rp 250 juta,” sebutnya.
Dari jumlah tersebut, dalam satu tahun siswa SMK PGRI 2 Ponorogo belaja pulsa kurang lebih Rp 3 Milyar.
“Untuk mengatasi itu adalah mulai diberlakukannya belajar tatap muka. Sehingga belanja pulsa berkurang dan uangnya bisa digunakan untuk revitalisasi peralatan praktek siswa,” sebutnya.
Oleh karenanya dalam KBM, sekolah membagi dalam dua gelombang. Satu minggu gelombang pertama, satu minggu gelombang kedua.
Saat masuk, siswa sekalian mendapat tugas untuk dikerjakan di rumah. “Sehingga tidak ada daring, artinya tidak ada lagi kebutuhan kuota internet,” pungkasnya. (as)