PONOROGO – Derasnya pengaruh tekhnologi informasi di era revolusi industri 4.0 membuat degradasi moral di kalangan generasi muda semakin meningkat.
Kenyataannya ini, membuat miris kalangan pendidikan. Salah satunya Nuurun Nahdiyyah Kepala MTsN 1 Ponorogo.
Untuk membendungnya, MTsN 1 Ponorogo membuat kebijakan melarang siswa-siswinya membawa handphone di sekolah.
“MTsN 1 Ponorogo komitmen bersama. Anak-anak dilarang membawa hp di sekolah. Biarlah sekolah itu menjadi satu tempat yang menyisakan interaksi sosial yang semakin lama semakin terkikis,” ungkapnya.
Kebijakan ini, kata Nuurun karena melihat fenomena anak-anak yang asyik dengan gadgednya.
“Saya menyebut hp ini setan gepeng. Semua terampas habis untuk hp. Sementara kedepan anak adalah makhluk sosial yang harus dilatih ketemu fisik dengan sesama manusia dengan baik,” ungkapnya.
Menurutnya, semua orang tahu sebenarnya adanya media sosial pasti ada pengaruh positif dan negatifnya. Untuk mendorong positif butuh perjuangan. Di sisi lain pengaruh negatif lebih banyak terutama degradasi moral yang semakin nampak.
“Siapa yang bisa mengontrol anak sampai kepentingan masing-masing. Melihat dan mengawasi secara utuh seharian agar tidak melakukan sesuatu hal negatif di hp nya,” sebutnya.
Oleh karenanya, sebagai langkah prefentif, masrasahnya mengharamkan anak membawa hp di sekolah.
Nuurun menyampaikan, larangan membawa hp itu tidak akan mengurangi kemampuan siswa dalam era digitalisasi.
“Saya yakin tidak akan gagap tekhnologi karena kita siapkan komputer. Jadi kita pisahkan gadged. Kita tahu pulang sekolah pegang hape seandainya lembaga mengijinkan membawa hp, terus kapan interaksi sosial itu ada,” tegasnya.
Madrasahnya melakukan kontrol agar tatib larangan handphone di sekolah ini dijalankan dengan baik. Setiap bulan sekali kami adakan razia,” sebutnya.
Kalau kedapatan membawa hp, sekolah bakal memeriksa konten di dalamnya. Sekolah juga bisa bertindak tegas jika larangan ini dilanggar.
“Hal itu kami lakukan demi melindungi anak. Karena kalau tidak terkontrol bisa kecanduan. Bahkan banyak informasi karena sudah kecanduan harus dibawa ke rumah sakit. Ini kan memprihatinkan,” tandasnya.
Pun, perhatian ini tidak cukup dilakukan madrasah. Ia meminta langkah ini didukung orang tua di rumah.
“Kami berharap kepada orang tua di Ponorogo mari kampanyekan jam-jam khusus anti gadged,” sebutnya.
Adapun jam khusus itu, lanjut Nuurun saat prime time dengan keluarga. “Misalkan setelah magrib sampai jam 8 malam itu sudah cukup. Jadi ada ruang interaksi bagi keluarga. Anak pun bisa belajar dengan baik,” sebutnya. (as)