Home Daerah Polres Ponorogo Gelar Upacara Hari Santri Nasional 2019

Polres Ponorogo Gelar Upacara Hari Santri Nasional 2019

0

PONOROGO – Memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2019, Polres Ponorogo menggelar upacara bersama yang diadakan di depan Paseban Aloon-aloon Kabupaten Ponorogo, Selasa (22/10/2019) pukul 07.45 wib.

Irup upacara Hari santri Nasional 2019 Kapolres Ponorogo AKBP. Arief Fitrianto, SH, S.I.K., M.M.

Peserta upacara diikuti oleh, TNI ( Denpom dan Kodim 0802/ Ponorogo), Polri ( Polres Ponorogo), Satpol PP, Senkom, Banser NU Ponorogo, Pramuka dan Santri.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati  Ponorogo diwakili  Asisten 1 Drs. H. Sumani, S.Pd., M.Pd, Dandim 0802/ Ponorogo Letkol Inf Sigit Sugiharto,  Kapolres Ponorogo AKBP Arief Fitrianto, SH.,S.I.K., MM, Perwakilan dari Kajari Ponorogo, Ketua DPRD Ponorogo Sunarto, Ketua Syuriah NU Ponorogo KH. Sholihah Al Hafidz, Ketua PCNU Kab. Ponorogo Drs. H. Fatchul Azis, MA, PJU Polres Ponorogo, Dansub Pom V/ 1-1 Ponorogo Kapten Cpm Juni Ruriawan, SH dan Tokoh agama Kab. Ponorogo.

Kapolres Ponorogo AKBP. Arief Fitrianto, SH., S.I.K., M.M, sebagai inspektur upacara dalam amanatnya menyampaikan, Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri.

Penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Resolusi jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang kita diperingati sebagai Hari Pahlawan,” katanya.

Menurutnya, peringatan Hari Santri 2019 mengusung tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”.

Oleh karena itu, Isu perdamaian diangkat berdasar fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian. Sebagai laboratorium perdamaian, pesantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlilalamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama.

“Sikap moderat dalam beragama sangat penting bagi masyarakat yang plural dan multikultural. Dengan cara seperti inilah keragaman dapat disikapi dengan bijak serta toleransi dan keadilan dapat terwujud,” ujarnya.

Untuk itu, semangat ajaran inilah yang dapat menginspirasi santri untuk berkontribusi merawat perdamaian dunia.

Dikatakan, ada sembilan alasan dan dasar mengapa pesantren layak disebut sebagai laboratorium perdamaian, Pertama, Kesadaran harmoni beragama dan berbangsa. Kedua, Metode mengaji dan mengkaji, Ketiga, Para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian), Keempat,  Pendidikan kemandirian, kerena sama dan saling membantu di kalangan santri. Kelima, Gerakan komunitas seperti kesenian dan sastra tumbuh subur di pesantren. Keenam adalah lahirnya beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar untuk membahas hal-hal remeh sampai yang serius. Dialog kelompok membentuk santri berkarakter terbuka terhadap hal-hal berbeda dan baru.

“Ketujuh, merawat khazanah kearifan lokal.
Kedelapan, prinsip maslahat
(kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren. Dan
Kesembilan, Penanaman spiritual, tidak hanya soal hukum Islam (fikih) yang didalami, banyak pesantren juga melatih para santrinya untuk tazkiyatunnafs, yaitu proses pembersihan hati,” terangnya.

Kapolres juga menambahkan, peringatan Hari Santri Tahun 2019 ini terasa istimewa dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.

“Dengan Undang-Undang tentang Pesantren ini memastikan bahwa pesantren tidak hanya mengembangkan fungsi pendidikan, tetapi juga mengembangkan fungsi dakwah dan fungsi pengabdian masyarakat,” jelasnya.

Selasai mengadakan upacara hari santri dilanjutkan pengucapan ikrar hari santri nasional tahun 2019.(mny).

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here