PONOROGO – Ada agenda baru dalam perayaan Grebeg Suro Tahun 2019. Gawe besar Kota Reyog ini dimanfaatkan seniman Ponorogo untuk menyamakan persepsi seputar garap reyog Ponorogo.
Terbukti, selama dua hari Senin-Selasa (26-27/8/2019) digelar Joged Ponoragan bertajug workshop singkronisasi garap reyog tradisi dan modern.
Jarumi M.Pd Ketua Panitia mengatakan workshop Joged Ponoragan ini masuk rangkaian Grebeg Suro 2019 Festival Budaya Bumi Reyog.
Menurutnya, kegiatan ini difasilitasi Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan Ponorogo.
Kegiatan ini diikuti 200 peserta yang melibatkan semua guru seni dan siswa SMP, SMA, dan SMK maupun praktisi seniman se- Ponorogo.
Guru seni budaya SMKN 1 Ponorogo ini menjelaskan, joged ponoragan digelar karena adanya ketidaksingkronan pemahaman para pelaku seni dengan garap reyog.
“Karena tidak singkron maka produk garapan tidak sesuai harapan.Kalau sudah singkron diharapkan muncul garap reyog yang lebih baik,” harapnya.
Tidak hanya kajian teori, peserta juga mendapatkan praktek langsung. Tak tanggung-tanggung, joged ponoragan ini mendatangkan narasumber yang kompeten di bidangnya.
Yaitu, Dr. FX. Hari Mulyatno, S.Kar, M.Hum pakar topeng dan kesenian rakyat dosen pasca sarjana ISI Surakarta. Arief Rofiq, S.Sn, M.Sn Direktur dan Dosen STKW Surakarta dan Shodiq Pristiwanto, S.Sn koreografer senior yayasan reyog Ponorogo.
Sementara itu, Shodiq Pristiwanto, S.Sn memaparkan selama ini dalam Festival Nasional Reyog Ponorogo (FNRP) antara konsep garap dengan visual di panggung masih belum klop.
Menurutnya, penggarap harus memahami konsep yang diwujudkan dalam sebuah kekaryaan. “Ini penting agar muncul kreasi garap beranekaragam tapi tetap reyog,” tegasnya.
Shodiq berharap peserta bisa menampilkan alur sajian yang variatif namun intinya tetap reyog. “Ini sedang menjadi tujuan utama atau arahan agar tampilan tidak monoton,” pungkasnya. (as)