PONOROGO – Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Ponorogo menggelar seminar nasional bertema NU dan literasi kepemimpinan publik di Hotel Gajah Mada, Minggu (4/8/2019).
Istimewanya, seminar dalam rangka musyawarah kerja ISNU Cabang Ponorogo Masa Khidmat 2018/2022 ini menghadirkan pemateri Dr. H. Suprawoto Bupati Magetan, keynote speaker Dr. Maryam Yusuf Rektor IAIN dan pemateri pendamping Dr. Soetedjo (STKIP PGRI Ponorogo).
Ahmad Baihaki, M.Pd ketua panitia mengatakan, seminar nasional ini sengaja menghadirkan orang nomor satu di Magetan sebagai narasumber utama.
Hal ini karena sosok Bupati Magetan tersebut dikenal sebagai Bupati Literat. Di tengah kesibukannya di pemerintahan namun masih aktif menulis di media massa. “Beliau bahkan sudah menulis 8 buku. Luar biasa,” sebutnya.
Senada juga disampaikan Ketua PC ISNU Ponorogo Dr. Abid Rohmanu M.H.I, menurutnya semangat menulis ini penting digerakkan. Sebab, literasi itu bukan sekadar tulis menulis namun memiliki makna luas.
Menurutnya, ada 5 bidang yang terkandung dalam literasi yakni agama & moral, sains, politik hukum, ekonomi & finansial, dan sosial budaya.
“Tema literasi NU dan kepemimpinan publik ini diangkat sebagai bagian dari bidang politik dan hukum agar bisa dibedah kepemimpinan publik yang rahmatan lilalamin,” ujarnya.
Di hadapan peserta seminar, Bupati Magetan Dr. Soeprawoto yang low profile ini memberikan motivasi peserta untuk tidak takut menulis. “Jangan takut menulis. Tentang apa saja bisa,” sebutnya.
Soeprawoto sedikit memberikan resep menulis. “Tulis lah yang dikuasai jangan menulis yang tidak dikuasai,” ujarnya.
Menulis, menurutnya dimulai dari hal yang di sekitar. “Minimal nulis nama keluarga dan silsilah nenek moyang kita. Ini sederhana namun penting agar tidak hilang. Kalau saudara tidak nulis siap-siap dilupakan,” jlentrehnya.
Bahkan menurutnya menulis adalah pekerjaan abadi. “Orang boleh pintar setinggi langit. Tapi kalau tidak nulis maka akan hilang dari sejarah. Menulis itu pekerjaan abadi,” sebutnya.
Dr. Suprawoto bahkan menyebut, literasi sudah dilakukan oleh nenek moyang. “Kalau nenek moyang tidak membuat prasasti tentu kita tidak akan mengetahui sejarah,” ungkapnya.
Selain itu, ajaran islam bisa terjaga karena adanya literasi. “Apa jadinya jika Imam al-Bukhari tidak menulis tentu ajaran agama yang terkandung dalam Hadis akan hilang,” sebutnya.
Pun, tokoh nasional seperti Kartini pemikirannya bisa besar karena menulis. “Kartini punya gagasan indah. Kartini itu bukan siapa-siapa kalau tidak nulis,” tegasnya.
Ia menyebutkan, banyak orang sukses karena rajin menulis yang dilakukan secara kontinyu. “Profesi itu tidak hanya minstream dokter dan insinyur, jadi penulis juga luar biasa. Karena nulis itu menembus batas-batas. Jika kalian bukan siapa-siapa maka menulislah,” sebutnya.
Oleh karena itu, Soeprawoto sesibuk apapun menyempatkan diri untuk menulis. “Sibuk bukan jadi alasan karena tuhan telah memberikan waktu yang luar biasa. Saya selalu memanfaatkan setiap detik waktu harus ada nilai tambah pada diri saya,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan itu berlangsung pula launching Buku Berjudul Kontestasi merebut kebenaran islam di Indonesia : dari berislam secara teologis ke berislam secara humanis.
Buku karya Dr. Aksin Wijaya (Dewan Ahli PC ISNU Ponorogo) dengan Kata Pengantar Pengantar Prof. Dr. M. Mas’ud Said Phd (ketua PW ISNU Jatim) ini dilaunching oleh Zainul Hamdi pengurus PW ISNU Jatim.
Momen istimewa ini juga digelar deklarasi Islam moderat dalam bingkai NKRI.
Usai seminar dilanjutkan musyawarah kerja untuk memantabkan gerak langkah PC ISNU Periode 2019/2022. (as)