PONOROGO – Meski menahkodai SMA Negeri di wilayah pedesaan namun tidak membuat Turijan, M.Pd berhenti berkarya. Bahkan berkat komitmen dan dedikasinya Kepala SMAN 1 Balong ini meraih juara 3 tingkat provinsi Jawa Timur Kepala Sekolah Berprestasi dan Berdedikasi Tahun 2019.
Turijan yang juga menjabat plt kepala SMAN 2 Ponorogo ini berhasil menyisihkan kepala sekolah terbaik dari masing-masing kabupaten kota se Jatim dalam lomba yang digelar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Pria yang low profile ini mengaku bersyukur kalau dirinya lah yang terpilih menjadi kepala sekolah berprestasi, bahkan bisa menjadi pemenang tingkat Jawa Timur.
Karena menurutnya, dirinya hanya melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah seperti biasanya.
Di hubungi media ini, dengan rendah hati ia mengaku sangat bahagia, lantaran bisa membanggakan nama Kabupaten Ponorogo, terlebih untuk sekolah yang berada di wilayah pedesaan.
Tentang penghargaan yang diterimanya, dirinya hanya menegaskan, menjadi kepala sekolah adalah sebuah amanah yang besar. Terlebih bagaimana bisa membawa nama baik sekolah, menjaga perilaku siswa, dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada di sekolah.
Turijan menceritakan proses lomba yang diikutinya. Sebelumnya ia ditetapkan menjadi yang terbaik di tingkat Kabupaten Ponorogo. Selanjutnya mewakili kota reyog di tingkat provinsi.
Serangkaian persyaratan pun harus ia penuhi. Diawali dengan menyerahkan persyaratan berupa portofolio yang mengacu pada buku petunjuk dari pusat sebagai salah satu unsur yang dinilai. Selanjutnya, mengikuti test online tentang tata manajerial, keguruan, peraturan-peraturan terkait pendidikan dan lain-lain.
Tak hanya itu saja, Turijan masih harus melewati psycotest dan dilanjutkan presentasi best practice dan wawancara.
Dalam best practice-nya Turijan mengangkat judul “CONTEK upaya penanaman karakter islami di SMAN 1 Balong”.
“Contek itu akronim ya. Cont nya itu contoh, e nya Empati dan k nya Kesadaran,” sebutnya.
Contek ini, kata Turijan, bisa diterapkan dalam penananan karakter islami. Yakni dimulai dengan memberikan contoh. Mulai kepala sekolah, guru dan ke siswa.
“Selanjutnya, berempati dan membangun kesadaran melalui dipaksa, bisa, biasa dan menjadi budaya dengan kuncinya adalah komitmen konsisten dan didasari ikhlas,” paparnya.
Dengan diraihnya penghargaan sebagai kepala sekolah terbaik se-Jatim, dia hanya meminta semua siswa, guru, dan karyawan, agar terus bekerja dengan ikhlas, serta selalu menghasilkan karya dalam setiap usahanya. (ist)