
Nuansa pesantren makin kental karena semua peserta maupun petugas upacara mengenakan sarung sebagai ciri seorang santri. Tidak hanya siswa putra, pelajar putri pun memakai kain sarung yang dikenakan selutut.

Tantowi Mu’id, S.Ag selaku pembina upacara dengan penuh semangat membacakan sejarah perjuangan santri.

Diceritakannya, Hari Santri Nasional merupakan sebuah hari untuk memperingati peran besar kaum kiyai dan kaum santri dalam perjuangannya melawan penjajah yang bertepatan dengan resolusi jihad dari KH.Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945.
“Itulah alasan yang mendasari kenapa Hari Santri Nasional ditetapkan melalui Keppres nomor 22 tahun 2015 (tanggal 22 Oktober 2015),” ungkapnya.

“Kegiatan ini merupakan menghormati para pejuang, maka kami memperingati untuk menghormati dan mengenang jasa santri untuk memerdekakan NKRI. Para santri-santri yang gugur di zaman tersebut untuk melakukan perlawanan di Surabaya pada 10 November 1945, “ katanya.

Ia berharap usai peringatan hari santri ini, para siswa dapat memetik sebuah pembelajaran dan menjadi momen kaderisasi kepada semua pemuda di Indonesia, yakni menanamkan penuh mengenai bela negara untuk NKRI.
“NKRI Harga Mati, Pancasila Jaya,” pekiknya. (sr)